Kamis, 10 Desember 2015

Shalat Dhuha sebagai Terapi Kegalauan Remaja
terhadap Masa Depannya



Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Logika Saintifik














Dosen Pembimbing:
Rudi Al hana, M.Ag



Disusun oleh:
Naimatul Mardiyah               (B53214028) C3





Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UniversitasIslam Negeri Sunan Ampel Surabaya
2015


A.    Latar Belakang
Seiring berkembangnya waktu dan perkembangan zaman, dunia akan terus maju dan penuh dengan perkembang teknologi yang semakin canggih, tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan zaman akan memberikan dampak positif  maupun negatif  bagi individu itu sendiri. Terkhusus bagi remaja saat ini, berbicara tentang remaja maka seorang remaja akan menghadapi yang namanya masa kedewasaan dan masa kedewasaan ini memerlukan orang yang bersikap dewasa, mapan, bijaksana dan sikap-sikap yang lainnya. Dengan perkembangan dunia yang pesat, dunia  memberikan dampak, salah satunya kegalauan remaja untuk menentukan, menghadapi dan menjalani masa depannya kelak.
Mengapa hal ini menjadi kegalauan remaja? Karena pemikiran pada masa perkembangan remaja dalam psikologi perkembangan dikatakan bahwa disinilah masa-masa menghadapi banyak hal baru yang harus dituntaskan dengan kata lain masa remaja dikatakan masa penuh dengan tantangan, hal ini telah menjawab bahwa remaja memang benar-benar harus memikirkan apa yang harus ia capai dan ia lakukan untuk masa depan yang cerah sebagai impiannya saat ini.
Dikatakan bahwa tugas perkembangan remaja yang amat penting adalah mampu menerima keadaan dirinya, memahami peran seks/jenis kelamin, mengembangkan kemandirian, mengembangkan tanggung jawab pribadi dan sosial, menginternalisasikan nilai-nilai moral, dan merencanakan masa depan.[1] Telah jelas bahwa tugas pada masa remaja adalah merencanakan masa depan dengan tahap proses memahami diri dan mengembangkan diri pada masa remaja saat ini terlebih dahulu untuk mencapai kedewasaan yang sehat kelak.
Kegalauan remaja dalam menentukan masa depannya menjadi masalah yang ingin dituntaskan oleh penulis dengan sebab melihat tingkah laku para remaja saat ini yang jiwa kompetitifnya sangat kuat sehingga mereka semua memiliki semangat dalam menentukan  masa depannya, dengan semangat-semangat yang membara itu, terkadang hal itu menjadi kegalauan remaja karena bingung dengan langkah yang harus ia ambil untuk menghadapi dan menentukan masa depan cerahnya itu.
Penulis melihat kenyataan dari kegalaun remaja yang diamati di kelas B3 Semester III BKI UIN Sunan Ampel Surabaya secara random dari hasil penyebaran angket membuktikan bahwa 90% mahasiswa menjawab pernah merasa galau untuk menentukan masa depannya. Hal ini menjadi salah satu acuan penulis untuk menuntaskan kegalauan remaja saat ini untuk memberikan solusi terhadap masalah dalam menentukan masa depannya tersebut. Oleh karena itu, dari tugas perkembangan remaja dan fakta yang terlihat, penulis mengangkat judul pembahasan “Shalat Dhuha sebagai Terapi Kegalauan Remaja dalam Menentukan Masa Depannya”.
B.     Permasalahan
Penyakit paling umum yang dialami oleh kalangan anak muda saat ini bukanlah diabetes, penyakit jantung, atau kanker. Akan tetapi, penyakit paling sering mereka yang kini berusia 17 sampai 20-an alami, menurut laporan adalah keraguan diri, ketakutan akan masa depan, rendah diri dan kurangnya kepercayaan terhadap diri sendiri dan dunia di sekitar mereka.
Perlu kita ketahui bahwa masa remaja adalah masa paling rawan dalam perjalanan hidup seseorang. Pada masa inilah berbagai macam persoalan yang sebelumnya tidak pernah dialami, kini memaksa seorang remaja mau tidak mau harus menghadapinya. Keberhasilan seseorang melewati masa rawan pada usia ini, akan menentukan kualitas dirinya.[2] sehingga mendorong para remaja untuk meningkatkan kualitas dirinya pada masa ini.
Galau menjadi trending topic masa remaja saat ini dan sudah menjadi hal yang sangat lumrah dikalangannya. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata galau: yaitu berat otak, bimbang, bingung, cemas, gelisah, hilang akal, kacau, karut, keruh, khawatir, kusut, risau, terombang-ambing. Hal ini menggambarkan suasana hati yang pada umumnya gelisah terhadap suasana atau lebih pada arah bentuk kecemaan seseorang.
“Masa depan menjadi prioritas anak remaja saat ini” penulis mengatalan hal tersebut sebab pembicaraan mengenai masa depan pada umur 17 sampai 20-an sangatlah diperdebatkan dengan keinginan-keinginan apa yang ingin dicapai para remaja beberapa tahun kedepannya. Diperkuat dengan referensi yang mengatakan bahwa masa remaja disebut dengan masa mencari identitas diri bahwa “Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau orang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang suami atau ayah? Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama membuat beberapa orang merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau gagal?”[3] alasan remaja memprioritaskan masa depan pada masa perkembangan saat ini karena jiwa mereka tidak akan tertinggal atau berpaling dari hal-hal yang ingin mereka capai untuk mencari jati diri identitas mereka masing-masing.
Sebagian remaja tidak asing dengan pertanyaan mengenai cita-citanya kelak. Dalam penggunaan istilah cita-cita adalah sama dengan aspirasi, sedangkan aspirasi yaitu memiliki kedudukan yang lebih tinggi, dengan tujuan mendapat kemajuan. Jadi, aspirasi yaitu sasaran yang ditentukan untuk diri sendiri dalam suatu tugas yang melibatkan diri sepenuhnya. Masa depan memiliki banyak arti termasuk cita-cita ataupun aspirasi yang merupakan sasaran untuk diri sendiri kedepannya. Aspirasi atau cita-cita tidak terlepas dari sasarannya yaitu keberhasilan[4].Keberhasilan atau kegagalan berada di gengaman tangan remaja masing-masing.
Menulis mengenai masa depan,pastinya identik dengan pekerjaan pada umumnya. Pada spesifiknya lagi masa depan itu mencakup ekonomi, jodoh dan sukses. Mengapa??? penulis mengatakan hal tersebut karena ketiga alasan di atas merupakan perbincangan yang paling ramai di kalangan remaja yang mereka pikirkan dan idam-idamkan kedepannya.
Penulis melakukan pengamatan di kelas B3 Semester III BKI UIN Sunan Ampel Surabaya dengan memilih responden di kelas tersebut karena kelas tersebut merupakan kelas dari berbagai macam suku budaya yang berbeda-beda sehingga akan mendapatkan hasil yang berbeda-beda pula dengan latar belakang mahasiswa di kelas tersebut yang beragam. Menurut penulis kelas tersebut akan mencakup jawaban dari  pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui tingkat kegalauan remaja saat ini di Indonesia yang sedang membara-bara menentukan langkah masa depannya.
Hasil penyebaran angket yang dilakukan merupakan hasil dari persiapan remaja saat ini untuk masa depannya, berbagai pendapat yang dikemukakan responden menggambarkan remaja saat ini memang merasa galau dengan masa depannya dan menggebuh-gebuh untuk mencapai masa depannya itu.
Penyebaran angket menghasilkan bahwa mahasiswa di kelas B3 menyatakan galau yang dialami merupakan sebuah kebimbangan, kecemasan dan 50 % menyatakan kegelisahan, ini membuktikan mahasiswa remaja sekarang gelisah dengan keadaannya. Selain itu, hasil angket mengatakan 80 % mahasiswa B3 menyatakan pernah merasa galau untuk menentukan masa depannya, kemudian menurut mereka masa depan itu adalah jika mereka telah mencapai segala harapan yang diinginkan, bermanfaat bagi sesama, memiliki kehidupan yang cerah dan berkah, dan bahagia dunia akhirat. Ada juga yang menyatakan bahwa masa depan yang diinginkan itu jika mereka kedepannya bisa bersikap dermawan, memiliki pendamping hidup yang menyempurnakan agama dirinya, mapan dalam hal perekonomian, serta hidup berbahagia bersama kedua orang tua. Berbagai pendapat telah dinyatakan mahasiswa B3 mengenai masa depan yang diinginkan dan bagaimana kegalauan mereka terhadap hal itu melalui angket yang disebarkan penulis.
Seberapa penting masa depan menurut mahasiswa B3?, 100 % mengatakan sangat penting. Hal ini membuktikan bahwa perspektif remaja terhadap masa depan memanglah sangat penting dan memiliki ruang tersendiri dalam pikiran remaja untuk langkah kedepannya. Jelasnya, pengamatan yang dilakukan penulis dengan mengamati mahasiswa B3 masih pada taraf perkembangan remaja telah membuktikan kondisi remaja saat ini yang galau untuk menentukan langkah masa depannya.
Oleh karena itu, kegalauan remaja untuk mengarahkan masa depannya menjadi masalah yang perlu dituntaskan pada pembahasan kali ini. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kegalauan itu mendatangkan kegelisahan dan gangguan pada ketenangan masing-masing individu dalam beraktivitas sehingga keadaan pikiran, tubuh, jiwanya kurang sehat dan sempurna .
C.    Solusi
Solusi atau penyelesaian dari masalah kegalauan remaja dalam mengarahkan masa depannya yang menjadi rasa kegelisahan dalam hati individu dapat diarahkan, ditenangkan, dan dapat ditumbuhkan sugesti positif salah satunya dengan melaksanakan Shalat Sunnah Dhuha dengan sungguh-sungguh untuk menumbuhkan energi dalam diri. Di samping itu, dapat membangun motivasi atau spirit yang sangat berguna ketika seorang tengah beraktifitas. Oleh karena itu, ketika seseorang yang sudah terbiasa menjalankan shalat dhuha dan lupa tidak mengerjakannya, dia akan merasa seakan ada yang kurang sehingga orang seperti ini akan terus menjaga keistiqamahan shalat sunnahnya.
Shalat adalah suatu nama yang menunjukkan adanya ikatan yang kuat antara hamba dengan Tuhannya. Dalam shalat, hamba seolah berada dihadapan Tuhannya dan dengan penuh kekhusyuannya memohon banyak hal kepada-Nya. Perassaan ini akhirnya bisa menimbulkan adanya kejernihan spritualitas, ketenangan hati, dan keamanan diri dikala ia mengerahkan semua emosi dan anggota tubuhnya mengarahkan kepada-Nya dengan meninggalkan semua kesibukan dunia dan permasalahannya. Pada saat shalatlah ia bisa sepenuhnya memikirkan Tuhannya tanpa ada interupsi dari siapa pun hingga pada saat itulah ia merasakan ketenangan dan akalnya pun seolah menemukan waktu rehatnya.[5]
Keterampilan penuh dari berbagai persoalan dan problem kehidupan dan tidak memikirkan selama shalat atau mengganggu khusyu’nya shalat, maka dengaan sendirinya akan menimbulkan pada diri manusia itu keadaan yang tentram, jiwa yang tenang, dan pikiran yang bebas dari beban. Keadaan yang tentram dan jiwa tenang yang dihasilkan oleh shalat mempunyai dampak terapeutik yang penting dalam meredakan ketegangan syaraf yang timbul akibat berbagai tekanan kehidupan sehari-hari dan menurunkan kegelisahan yang diderita oleh sebagian orang. Seorang dokter mengemukakan bahwa sembahyang (shalat) memang merupakan sarana terpenting yang dokter ketahui hingga kini yang menimbulkan kedamaian alam jiwa dan membangkitkan ketenangan dalam syaraf. Keadaan tenang dan santai merupakan sarana yang dipergunakan oleh sebagian ahli psiko-terapi modern dalam menyembuhkan penyakit. Keadaan tenang dan jiwa damai yang ditimbulkan shalat juga membantu melepaskan diri dari kegelisahan yang dikeluhkan. Keadaan tenang dan jiwa damai yang ditimbulkan shalat biasanya tetap berlangsung untuk beberapa lama setelah shalat selesai.[6]  
  Kegelisahan, kecemasan, kegalauan dapat menjadi tenang dan teratasi dengan keadaan hati dan pikiran yang tenang juga sehingga perlunya jiwa yang damai dalam menetralisir keadaan hati dan pikiran yang gelisah seperti kegalauan yang dihadapi anak remaja saat ini untuk mengarahkan masa depannya. Ketenangan tersebut dapat diperoleh dari salah satu peribadatan yang dilakukan ummat Islam sehari-hari yaitu shalat. Penulis mengambil terapi shalat dhuha sebagai solusi dalam permasalahan kegaluan remaja ini karena banyak kelebihan yang terdapat dalam do'a shalat dhuha.
Sebelumnya perlu diuraikan tirai rahasia Allah SWT yaitu rezeki, jodoh dan mati adalah bagian dari rahasia-Nya. Namun, dari ketiga rahasia ini, ada dua rahasia yang oleh manusia harus dicari dengan dasar untuk menunjang kehidupan di dunia. Misalnya rezeki, karena semua orang membutuhkan makanan yang terkait dengan pemeliharaan fisik dan kesenangan lainnya. Adapun jodoh dicari karena kebutuhan biologis yang terkait dengan nafsu syahwat dan keberlangsungan keturunan. Perlu diklarifikasi bahwa rezeki bukan hanya dari sisi materi seperti uang dan penghasilan yang banyak. Namun, anugerah dan rahmat yang diberikan oleh Allah dapat kita maknai sebagai rezeki  itu meliputi uang, pekerjaan, rumah, kendaraan, makanan, anak-anak sholeh sholehah, istri sholeh, kesehatan, ketenangan batin, dan segala sesuatu yang membawa diri kita bermanfaat bagi diri kita dan orang lain. [7]
Mengenai pembahasan rezeki di atas termasuklah arti masa depan yang menjadi permasalahan remaja yang menjadi kegelisahan mereka. Kebingungan bagaimana kehidupan masa depan para remaja. Hal inilah yang dimaksud tirai rahasia Allah SWT, yang oleh manusia harus dicari jalan untuk menembus rahasia dengan cara ikhtiyar. Segala kegelisahan akan semakin bertumpuk jika semakin hari dan waktu terus berlalu dan harapan tidak ada yang tuntas atau tidak terangendakan sesuai apa yang diharapkan. Hal inilah yang perlu diarahkan dan berpositif thinking bagi pemikiran remaja untuk mengarahkan masa depannya yang cerah.
Segala sesuatu yang digalaukan remaja sebenarnya pada hakikatnya adalah rezeki mereka untuk kedepannya. Orang bijak berkata “Anda mengharapkan keberhasilan, tetapi tidak melalui jalannya, sesungguhnya kapal laut berjalan tidak di atas jalan yang kering melainkan berjalan di atas jalan yang ada airnya.” Kata kutiara ini menjelaskan bahwa mencarai rezeki itu tidak dengan menunggu atau bertopang dagu melainkan hatus dicari dengan suatu tindakan bekerja. Maka dengan melalui tindakan semuanya akan terjawab dari semula yang hanya bayang-bayang dan angan-angan akan menjadi kenyataan, yang hanya sebatas mimpi akan berubah menjadi kepastian.
Hakikatnya, kegalauan remaja berada pada point kata bijak di atas, semua akan menjadi kenyataan dengan ikhtiyar yang kita lakukan saat sekarang untuk mencapai masa depan yang diinginkan.
Shalat merupakan tiang agama, kunci dari semua amalan, oleh karena itu apabila kuncinya tidak utuh, hanya separuh sepertiga atau seterusnya maka tidak pasti amalan yang lain akan jauh dari harapan individu. Maka untuk menyempurnakan nilai kesempurnaan shalat, Nabi menganjurkan untuk melakukan shalat sunnah di rumah/masjid atau di tempat yang suci.
Berkaitan dengan kegalauan remaja yang pada dasarnya adalah rezeki para remaja di masa depan yang mereka harapkan, terutama kemudahan rezeki kehidupan maka dianjurkan untuk mengerjakan shalat Sunnah Dhuha di waktu dhuha dan dilakukan dua raka'at atau dua belas raka'at. Shalat Sunnah dhuha dikhususkan untuk sebuah keperluan yang erat kaitannya dengan aktivitas dalam pencarian rezeki. Termasuk memohon agar dimudahan rezeki dan didekatkan rezeki dan meminta agar Allah selalu memberkahi rezekinya sebagaimana yang terkandung dalam doa sesudah shalat dhuha.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Adh-Dhuha: 7 yang artinya “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk” tidak lain dengan pendekatan melalui shalat dhuha, maka pertolongan Allah akan selalu hadir jika kita mau mengaktifkannya. Mengaktifkan disini maksudnya yaitu, jika ibadah kita disempurnkaan dengan shalat Sunnah termasuklah shalat dhuha, selalu bersyukur dan tentunya ikhtiyar setiap aktivitas kita serta tidak lupa tawakkal kepada Sang Khaliq. Dalam teks arti Q.S. Adh-Dhuha telah dikatakan bahwa Allah SWT akan memberikan petunjuk kepada individu yang merasa kebingungan atau merasa galau dengan pikiran hati mereka.
Shalat dhuha menjauhkan kemiskinan, mendatangkan kemudahan karena dalam keadaan yang demikian nyata banyak umat manusia yang takut terjerat kemiskinan dan terlilit kesulitan. Pada dasarnya kemiskinan ini menjadi hal yang tidak diinginkan setiap remaja pada masa depannya atau rezeki yang kurang/perekonomian yang buruk bagi individu sehingga perlu adanya keyakinan setiap individu bahwa rezeki itu dicari bukan ditunggu. Begitupun dengan masa depan yang diharap-harapkan para remaja, jika ia menginginkan masa depan yang cerah maka mereka harus berusaha secerah mungkin untuk mencapainya, begitupun sebaliknya.
Jadi, semakin jelas bagi siapa yang mau menjalankan shalat Sunnah Dhuha baginya akan diberikan kemuliaan rezeki dan dijauhkan dari kemiskinan. Jelas bahwa hukum shalat dhuha adalah Sunnah dan jumlah raka'at sedikitnya dua raka'at hingga duabelas raka'at. Dengan demikian shalat Sunnah dhuha dapat dikerjakan dua raka'at, empat hingga duabelas raka'at. Kemudian bacaan surat setelah surah alfatihah adalah: raka'at pertama; surah asy-syam, raka'at kedua; surah adh-dhuha. Kemudian setelah selesai shalat dhuha dianjurkan untuk membaca do'a penjernih yang di dalamnya penuh dengan harapan akan kemudahan, kesucian, dan kedekatan rezeki. Do'a itu berbunyi “Allahumma innadh Dhuha’a dhuha’uka Wal bahaa’a bahaa’uka Wal jamaala jamaaluka Wal quwwata quwwatuka Wal qudrata qudratuka Wal ‘ishmata’ishmatuka Allahumma innakaana rizqi fis samaa’i fa anzilhu Wa inkaana fil ardhi fa akhrijhu Wa inkaana mu’asiran fa yassirhu Wa inkaana haraaman fa thahhirhu Wa inkaana ba’iidan fa qaarribhu Bihaqqi dhuhaa’ika wa bahaa’ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika Atiinii maa aataita ibaadakash shalihiina”
Yang artinya: “Wahai Allah! sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha engkau, kebagusan adalah kebagusan engkau, kekuatan adalah kekuatan engkau, kekuasaan adalah kekuasaan engkau, perlindungan adalah perlindungan engkau. Wahai Allah! jika rezekiku ada di langit, maka turunkanlah , jika ada di dalam bumi,, maka keluarkanlah, jika sulit maka permudahkanlah, jika haram, maka sucikanlah, jika jauh maka dekatkanlah” demikian do'a pasrah dan harapan akan kemudahan rezeki, keluasan rezeki dan kesucian rezeki yang di dapat dari aktivitas pencariannya dan diucapkan setelah menjalankan shalat Sunnah dhuha. Do'a ini memiliki mukjizat yang sangat besar, seoran8g hamba yang memohon kepada Sang Maha Pencipta untuk menurunkan rezeki kepadanya jika rezeki itu berada di tempat jauh. Do'a ini sungguh memberikan energi positif kepada mushalli terhadap kegelisahan yang dirasakan dengan memperoleh kepuasan hati jika melaksanakan shalat Sunnah dhuha.
Mengadu kepada Allah adalah proses mendekatkan diri kepada-Nya dan di dalam do'a terdapat pahala ketaatan. Mengadu adalah melepaskan berbagai beban emosi yang membebani iwa. Sementara di dalam do'a terdapat pengharapan dan cita-cita. Ketika kita bersyukur melalui lisan dengan cara yang jelas. Ini merupakan langkah awal untuk memecahkan persoalan-persoalan tersebut. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda, “Kesejukan mataku ada di dalam shalat. Kesejukan sama halnya dengan keadaan jiwa yang damai sehingga do'a menjadi terapi atas kegalauan gelisah yang ditimpa para remaja terhadap keadaan masa depannya, dengan do'a maka para remaja dapat mengadu, serta melepaskan apa yang sebenarnya remaja inginkan terhadap masa depannya, pada intinya terapi shalat dhuha disini memberikan ketenangan jiwa dan sugesti positif atas rezeki berupa kebahagiaan di masa depannya. Ketenangan sebagai puncak ketenangan jiwa yang dicapai mukmin setelah dia mencapai keyakinan dengan ibadah yang tiangnya adalah shalat. [8]
Terapi shalat dhuha ini menjadi solusi dari kegalauan remaja terhadap masa depannya sebagai bentuk ketenangan jiwa dan terapi yang terkandung dalam do'a shalat dhuha memberikan pandangan pada kekuatan rezeki setiap individu dengan sikap ikhtiyar, do'a dan tawakkal yang dianjurkan dalam bersikap untuk mencapai keinginan dan harapan-harapan.
D.      Kesimpulan 
Tugas perkembangan pada masa remaja telah jelas menunukkan salah satu tugasnya yaitu mencari jati diri, hal ini tidak dapat dipungkiri dan telah menjadi hukum alam pada masa remaja disinilah mau tidak mau jati diri tersebut harus diperjuangkan demi mencapai individu yang dewasa dan sehat kedepannya, dari hal tersebut timbullah berbagai macam masalah dan kegelisahan yang menimpa remaja terhadap masa depannya dan kebingungan atas keamanan dan kebahagiaan hidupnya di masa akan datang, dari kebimbangan dan ketidaktenangan jiwa dalam diri remaja ini maka penulis memberikan gambaran shalat dhuha sebagai penyejuk, pengobat dan terapi dalam hal kebimbangan terhadap realita yang terlihat.



DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja. Bumi Aksara: Jakarta. 2006.
Bahnasi, Muhammad. Shalat sebagai Terapi Psikologi. Bandung: Mizan. 2007.
Gunarsa, Singgih D.. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.  2003.
Hurlock, Elizabeth B.. Psikologi Perkembangan. Erlangga: Jakarta. tt.
Keluarga.com/galau-pada-remaja-/agung-canda-setiawan pada 7 Desember 2015 jam
19.43
Makhdlori, Muhammad. Menyingkap Mukjizat Shalat Dhuha. Jogjakarta: DIVA. 2007.
Mulia. 2004.
Najati, Utsman.  Al-Qur'an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Pustaka. 1981.
Santoso, Agus, dkk.. Terapi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel. tth.



[1] Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara), 2006, hal.12.
[2] Keluarga.com/galau-pada-remaja-/agung-canda-setiawan, pada 7 Desember 2015 jam 19.43
[3] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangg), tth.,  hal. 208.
[4] Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2004, hal. 249.
[5] Agus Santoso, dkk., Terapi Islam, (Surabaya: Sunan Ampel), tth., hal.166
[6] Utsman Najati, Al-Qur'an dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Pustaka), 1981, hal. 308.
[7] Muhammad Makhdlori, Menyingkap Mukjizat Shalat Dhuha, (Jogjakarta: DIVA), 2007, hal. 25
[8] Muhammad Bahnasi, Shalat sebagai Terapi Psikologi, (Bandung: Mizan), 2007, hal. 75.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar