Kamis, 10 Desember 2015

Setahun: 365 hari

            “Huuuuuuuhhhhhh.....akhirnya sampai juga” teriak seorang gadis perantau yang telah tiba di tanah kelahirannya yang ia sebut-sebut tana ogi’ (tanah Bugis) yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, setelah merantau selama setahun lamanya dan menjadi pengalaman pertama baginya untuk tidak menatap wajah orang tua nya dalam jangka waktu yang lama yaitu kurang lebih 365 hari lamanya.
“itu sih waktu panjang bagi seorang gadis perantau yang pertama kali mengalaminya, padahal itu masih setahun...hehe J, itu masih awal perjuangan mba” ucap penulis kepada dirinya sendiri
            Pengalaman pertama gadis itu menjadi perjalanan terpanjang dan terlama baginya seumur hidup dan bertahan untuk tidak melihat kampung halamannya atau kata lain menahan diri untuk tidak pulang kampung saat libur semester 1 saat ia menahan langkah kakinya untuk tidak menuju Bandara Juanda, gadis itu mengatakan hal ini menjadi pengalaman terpanjang karena setahun penuh itu benar-benar ia tetapkan dirinya untuk berada di Surabaya menempuh kuliahnya semester gasal dan genap, di tambah dengan alasan selama ia RA/TK, MI/SD, SMP/MTs, SMA/MA ia tidak pernah lepas dari keluarga yang berada di lingkungan pondok pesantren DDI Lil Banat Parepare yang menjadi tempat belajarnya selama 16 tahun itu.
            Rantauan Terpanjang dan terlama sangatlah melekat di hati gadis itu yang akrab di sapa Naima atau Ima, (pada cerita kali ini kita beri nama panggilan khusus “Gadis”) bagi Gadis hal itu merupakan hal yang sangat menakjubkan saat Gadis menulis kisah ini tepatnya hari Ahad, 06 Juli 2015 yang masih panas panasnya merasakan kerinduan awal kembalinya dari kota Pahlawan yaitu Surabaya yang sekarang telah hadir di tengah tengah keluarganya. Sampai saat ini, pukul ini 14.31 Senin 06 Juli 2015 mungkin Naima masih bisa mengatakan bahwa setahun itu adalah rantauan terlama dan terpajangnya, namun... kita tunggu beberapa tahun kedepan mungkin setahun tidak bertemu dengan orangtuanya adalah hal yang lumrah baginya.
Kurang lebih setahun yang lalu terhitung sejak 12 Agustus 2014 sampai 24 Juni 2015 kemarin tepatnya 311 hari terhitung pula sejak detik menit jam hari Minggu bahkan bulan yang terus dilalui Gadis berpisah dengan orang tuanya, yah... perpisahan sejenak itu telah banyak mengajarkan dirinya, mulai dari makna kehidupan yang terkecil hingga arti kehidupan yang sebenarnya, bagaimana seorang hamba hidup di dunia fana ini, bagaimana seorang gadis menjaga dirinya sendiri tanpa ada seorang Ayah disampingnya tanpa ada pendamping yang menjaganya, bagaimana seorang hidup sendiri yang menanggungjawabi hidupnya, dan bagaimana mengatur jalan hidupnya sendiri.
Hal-hal itu telah di lewati sedikit demi sedikit oleh gadis perantau itu, sangat banyak yang telah Ia lewati seorang diri di kota Surobuaya itu, baik itu masalah kecil di lingkungan asrama-kelas-organisasi-lingkungan hingga masalah menghadapi kepribadian dirinya sendiri yang harus ia tangguhkan demi evaluasi dirinya setiap hari. Semua hal itu Ia lewati dengan berbagai kondisi dan raut wajah yang berbeda-beda. Insha Allah, hal itu juga mempengaruhi kepribadian dirinya bagaimana ia menanggapi hal-hal di lingkungannya itu.
“Yah.. itulah tindakan timbal-balik yang harus Ia lakukan demi pendewasaan dirinya sendiri” Ujar penulis
Berbicara mengenai 365 hari itu, jujur saja Gadis mengatakan Ia menyadarinya setelah Ia tiba di kampung halamannya, jangka waktu lama yang telah ia lalui itu, ia sadari setelah menghirup udara segar di rumahnya.
“Ternyata, saya meninggalkan rumah hijau ini selama setahun???” tanya Gadis pada saudara-saudaranya yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
“Iya... kamu gak sadar udah ninggalin nih rumah setahun lamanya, kami disini rindu setengah mati menunggu kedatangan kamu. ” ujar saudara perempuanku bernama Nurul Hasanah dengan ekspresi sedikit emosi.
Gadis tercengang mendengar pernyataan itu,
“Mungkinkah itu karena saya betah tinggal di Surabaya atau waktu yang berlalu begitu saja ataukah sebab yang lain?” ucap Gadis dalam hatinya
Keberadaan Gadis di rumahnya telah berlalu 14 hari hingga detik ini, sangat banyak cerita yang telah ia lalui di ibu kota Jawa Timur itu, dan dikisahkan kepada keluarganya di rumah.
“Gadis... liburan 2 bulan disini sampai pulang akhir Agustus nanti, mulutnya gak bakalan berhenti cerita kisahnya di Surabaya, ceritanya gak bakalan habis-habis” teriak k’ abul saudara laki-laki ku yang pertama dengan yakinnya saya akan bercerita tiada henti
“oh.. gak cukup, saya ninggalin kampung halaman ini kurang lebih 10 bulan, mana cukup saya ceritakan sama kalian hanya kurang lebih 2 bulan waktu liburan saya di sini..!” ucapku dengan suara agak tinggi.
          365 hari kurang lebih setahun lamanya telah tertumpah selama liburan Ramadhan Gadis di rumahnya, di sana Gadis benar-benar menyadari akan yang namanya rantauan, keluarga, persaudaraan, petemanan, persaudaraan dan lain-lain. Sangat banyak yang telah Gadis dapatkan selama kuliah semester 1 & 2. Sebelumnya Gadis sampaikan terima kasih terkhusus kepada teman-teman karena telah memberikan berbagai macam sikap yang telah mengajarkan indahnya sebuah perbedaan antar sesama, terima kasih kepada Dosen-Dosen yang memberikan ilmunya dan bagi saya telah memberikan pelajaran terhadap sikap yang sebenarnya, terima kasih kepada orang-orang Jawa (sebagai pertemuan pertama untuk berhadapan dengan orang Jawa/Asing di sebuah pemukiman) yang telah menyadarkan saya sedikit keberagaman suku dan budaya.
            Semua itu sedang Gadis ceritakan kepada keluarganya di tengah-tengah lingkungan rumah saat liburan Ramadhan ini...
“Hmmm... nikmatnya menceritakan pengalaman-pengalaman 365 hari bermukim di Surabaya” ujar Gadis dalam hatinya ketika duduk seorang diri di mesin jahit milik Ibunya yang menjadi warisan kakek tercintanya.
Yah... itulah tempat favorite Gadis menuliskan pengalaman-pengalamannya, menulis selama kurang lebih 2 bulan libur terasa seperti 365 tahun lamanya karena menuliskan seluruh peristiwa di waktu itu. Bercerita mengenai rumah dan keluarga Gadis, disini penulis akan menceritakan secara detail mengenai arti keluarga baginya.
#Family
Keluarga adalah kelompok primer yang memberikan pengaruh sangat melekat pada diri anggota keluarganya, karena keluargalah yang pertama berkomunikasi dengannya sejak kecil yang menjadi perekam jejak tingkah laku bagi seorang anak. Yah.. itulah keluarga yang pada dasarnya memberikan effect tingkah laku pada anak.  Keluarga adalah sahabat, keluarga adalah artis, keluarga adalah hakim, keluarga adalah guru,  keluarga adalah segalanya.
            Family is My Everyting, yah benar sekali “keluarga adalah segalanya” Gadis menyatakan pernyataan ini ketika Ia berada di Surabaya dan menyadari akan pentingnya, sayangnya, kasihnya, pekanya, indahnya yang disebut dengan sebuah keluarga.
            Gadis anak keberapa sih?... yap, Gadis anak ke 4 dari 5 bersaudara, Ia memiliki 4 saudara 3 ganteng dan 1 cantik. Amiiin, dan tentunya 1 Ayah dan 1 Ibu. Ayahnya bernama Haddise dan tahun ini beliau sudah berumur 63 tahun, yah benar sekali ayah Gadis sudah lanjut usia, bayangin aja kalau anak pertama beliau sudah berumur ...., beliau adalah seorang yang tegas dan disegani di keluarga, beliau berkarakter pendiam-tidak banyak bicara dalam setiap kondisi, sekali beliau angkat bicara, Woooww, menggetarkan seisi rumah, hheehehe J karena keseganan yang beliau miliki membuat tawanya terjual sangat mahal, senyumannya hanya dapat terukir jika istri tercinta yang membuat candaan, yah ibu Annisar namanya. Begitulah bentuk kecintaan beliau kepada istrinya, kalau kata anak-anaknya, senyum bapak berkumis tebal itu seperti senyum Rasulullah, yang katanya senyum/ketawanya itu tidak berlebihan atau jika ada hal yang lucu, beliau hanya meringis tersenyum manis. Hehe.. J seandainya pembaca melihat senyum bapak Gadis, hal yang pertama anda ucapkan adalah “manis banget”. Hehe...
            Beliau adalah sosok lelaki yang kuat, penulis mengatakan hal tersebut karena beliau sudah ditinggalkan oleh sosok seorang bapak sejak berumur 9 tahun kelas 4 SD, yah.. benar sekali, beliau yatim sejak 4 SD, sehingga beliau menjadi tulang punggung keluarga karena beliau adalah satu-satunya saudara laki-laki di antara ketiga saudari-saudarinya. Beliau juga menjadi anak kesayangan nenek Gadis karena hanya beliaulah yang menempuh pendidikan hingga dapat menjadi seperti sekarang ini. Alhamdulillah..... tanggungan sebagai anak pertama tentunya bertugas sebagai seorang Bapak jika orang tua telah tiada, begitulah sosok tegar bapak Gadis menjalani dan menempuh hidup di Kabupaten Soppeng di Sulawesi Selatan ketika masa kecilnya.
            Ayah atau Bapak adalah lelaki yang tak pernah berhenti mencintai anaknya, satu-satunya lelaki yang selalu ingin menjaga anaknya, sosok pria yang tak hentinya menanyakan kabar anak wanitanya, satu-satunya sosok laki-laki yang selamanya memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarganya.

Satu kalimat yang Gadis tuliskan di kisah kali ini untuk bapak tercintanya adalah “Aku sangat Mencintaimu, meskipun aku tak pernah mengatakannya langsung dihadapanmu Ayah”
Wanita adalah arti nama dari Ibu Gadis yang bernama Annisar, yah sebenarnya dari arabnya yaitu النِّسَاءْ “wanita”. Nama panggilan mahkotaku ini di kalangan keluargaku adalah atta (pengganti panggilan ibu di kalangan keluarga tertentu), so... Gadis memanggil ibunya dengan panggilan atta, menulis bagian kisah ini mengingatkanku 15 tahun lalu saat ibuku mengatakan kepada kami (anak-anaknya-5 saudaraku) bahwa siapa yang tidak memanggil ibu dengan panggilan atta, maka kami bukan anaknya, itulah yang disampaikan ibuku kepada kami yang mungil-mungil dengan ancaman lucu seperti itu.
“hehehhehehe...haha” tertawa 4 saudaraku mengingat kejadian itu ketika ibu sedang memasak di dapur mendengar anaknya bercerita hal lucu itu.
Seandainya saat itu ibu tidak mengatakan ancaman seperti itu, mungkin dari kami berlima sat ini ada yang tidak memanggil ibu dengan panggilan atta. Mungkin pembaca bertanya “atta, itu panggilan bagaimana sih?” atta di kalangan keluarga kami Bani Rasyid menjadi turunan untuk memanggil ibu/ayah kami dengan panggilan atta, begitulah kata kakekku yang mengajarkan anak-anaknya untuk meminta anak-anaknya kelak memanggilnya dengan panggilan itu.
Bosan... gak ngerti-ngerti, okee kita ganti pembahasan...!
Sosok ibu gadis adalah wanita superhero, kenapa? Karena dimata anak-anaknya + suaminya tersayang, Ibu Annisar adalah wanita multi talent. Hehehe, iya benar, ibu Annisar ini sangat kuat dan selalu bersemangat dalam menjalani hidupnya sehari-hari, saat mengajar, tanggungan di rumah (memasak untuk keluarga & masak catering), mengabdi, membina asrama dan lain-lain, Semuanya ia kerjakan dengan semangat full 45. Ketangguhan mahkota keluargaku ini menjadi pelatih di rumah hijau kami. Yang namanya seorang ibu sangatlah aktivies tentunya, pribadi penulis mengatakan sosok ibu itu adalah wanita terpeka di dunia. iya gak, setuju ??? perlu kita ketahui bahwa seburuk-buruknya (sebenarnya gak ada seburuk-buruk gitu, anggapannya kaya gitulah) tanggapan seorang Ibu itu adalah tanggapan peka terbaik manusia yang dihadapi oleh seseorang. Sikap ibu terhadap anaknya sudah Ia pikirkan sebelum anaknya memikirkan hal itu terhadap dirinya sendiri.
Kepekaan seorang  ibu sebenarnya sudah melewati kapasitas peka, hehe.. pake bahasa kapasitas segala. Iyyyaah.... karena ibu itu benar-benar pemikir yang handal, dengan kesibukannya yang tidak terlihat jelas di mata orang-orang, ia tidak pernah lupa mendoakan kebahagiaan anak-anaknya. Berbicara tentang ibu masih baaaaanyak hal yang perlu diungkit, namun pada tulisan ini kita batasi aja yah.. nanti ada pembahasan khusus di karya lain.
Selanjutnya sosok kakak pertama, kakak pertama Gadis ini, akrab di panggil daeng Abul dengan nama lengkap Abul Khaer, akhi Kabir 1 ini adalah sosok kakak yang paling sabar dan tentunya paling dewasa di antara kami berlima. Yah.. secara anak pertama tanggungjawabnya lebih besar.. hehe J semangat daeng abul !!!
Sabar, baik, bijak, pendiam, ganteng, pandai, alim, tapi ada satu sikapnya dan menurut penulis itu membuat kakak paling ganteng ini kurang baik yaitu terkadang dia tidak mengungkapkan jika ada suatu masalah atau ada hal-hal yang sebenarnya perlu dibicarakan tapi, ia malah merahasiakannya sendiri. Hehe, ini sihh pendapat penulis sendiri, sebenarnya gak atau, tapi pandangan anak ke 4 ini yah begitulah.
Akhi kabir 1 ini adalah satu-satunya saudara saya yang tidak mondok di pesantren, sebabnya kurang atau juga, tapi beliau sekolah di SMK yang berada sekitar 300 M dari rumah, dengan keahlian elektronika dia, akhi kabir 1 ini sangat dikenal untuk memperbaiki hal-hal yang berhubungan dengan elektronik. Yah, susah dijelasin mungkin yah!! Tapi, keahlian itu sangat bermanfaat bagi keluarga kami dan masyarakat sekitar.
Akhi kabir 1 adalah sosok kakak yang mengajarkan penulis akan kesabaran hidup, dengan sabar kita akan tenang dan selalu positif thingking terhadap sesuatu. Kakak ganteng ini juga selalu berpesan kepada penulis bahwa jangan sia-sia kan kesempatan yang Allah SWT telah berikan kepada kita.
Semoga akhi kabir 1 + guannteng ini cepat dapat jodoh dan membangun keluarganya kelak menjadi sakinah mawaddah wa rahmaah !! Amiin J
Selanjutnya.... daeng wawan, dengan nama lengkap Muhammad Anwar, akhi kabir 2 ini adalah kakak kedua sekaligus anak kedua dari bapak ibu penulis. Kakak kedua ini dikenal dengan keahlian kaligrafinya, keahliannya itu telah membawa dia terbang ke pulau sana sini untuk mengikuti lomba tingkat Nasional. Keahliannya juga menjadi penghias di rumah kami karena beberapa karyanya di pajang di ruang tamu rumah.
Sarjana hukum UIN Alauddin Makassar, yah.. akhi kabir 2 ini lulusan UIN dengan nilai yang cukup memuaskan, walaupun cukup telat sih !!!.. dengan kemalasan tertentu yang ia miliki kadang membuat orang-orang di rumah sedikit jengkel karena sikap keras kepalanya. Perut besar, gengsi tinggi, imut, seniman, punya banyak keahlian sih... tapi akhi kabir 2 ini terkadang tidak memiliki kefokusan dalam hidupnya sehingga tidak tahu mau bererak ke arah mana, kegengsiannya dalam hal pekerjaan sebenarnya bagus jika berarah pada niat yang serius, tapi... ia tertlalu gengsi sehingga ia tidak dapat memulai sesuatu itu dengan mudah.
Masak, cameramen, seni, gamer, banyak deh.. tuh kan, jadi bingung mau nulis apa ??? semoga dengan keahliannya ini dan keras kepalanya itu dapat menjadikannya sosok bapak dikeluarganya kelak menjadi pemberi nafkah yang sempurna. Amiiin !! semangat cari kerjanya daeng wawan!! J fighting.....  
Ukhti ummul, nama lengkap Nurul Hasanah... yah ukhiti cantik ini adalah satu-satunya saidaraku paling cantik, ya iyalah, secara kan cuman 2 yang perempuan. J hehehe.
Nama panggilannya kok beda dengan nama lengkapnya, iya beda titik masalahnya itu waktu ukhti ummul di aqiqah, ceritanya panjang deh. Nurul hasanah, iya artinya cahaya yang baik, kakak penulis ini adalah kakak yang paling terbuka di keluarga kami, kenapa karena semuuuuaaa ia ceritakan kepada kami, mulai dari masalah kecil hingga besar bahkan cinta-cintaan. Hehehe J
Bondeng, cantik, seperti boneka, cerdas, pandai masak, dan lain-lain. sikapnya yang menggemaskan, ada satu hal yang membuatnya terlihat kurang baik untuk kalangan wanita.. heheh, malas, iya malas... malas, tapi sekali rajinnya datang benar-benar rajin, tapi kalau malas yah malasnya berkepanjangan. Hehe
Ukhti ini ahli kaligrafi juga, bukan julii ini ia akan terbang ke UI Jakarta untuk mengikuti lomba kaligrafi tingkat Nasional lagi. Semangat kakak.. semoga di sana dapat pelajaran yang banyak !!! menjadi kakak perempuan untuk adiknya yang satu putri juga tentunya perlu banyak cerita pengalaman, benar sekali.... (y) kakak cantik ini, satu-satunya tempat saya cerita semua keluhan saya, tentunya puas karenaa cewe tuh hanya perlu di dengar. Hehhe J iya gak ???
Semoga ukhti boneka ini dapat mencapai impian-impiannya dan dapat berubah menjadi wanita yang rajin dan mengantarkan adik perempuannya untuk menjadi wanita yang sholehah !! amiiin J shu shu!!! (semangat dalam bahasa Thailand)
Khaerul Anwar nama lengkapnya nama panggilannya “aan”, bingung juga kok jaug banget dengan nama aslinyaa. Hehe J selamat mencari tahu..
Akhi shagir ini adalah satu-satunya dik penulis yang palinh ganteng, ya iyalah, secara penulikan cuman punya adik satu, yang lainnya kakak. Hehe J oke,,, akhi shagir ini sangat ganteng dan paling mirip dengan nenek kami dari bapak, pintar, ganteng, manja (iya, pasti semua anak terakhir jkayanya gitu deh !) itulah dia, akhi shagir ini sangat pandai bermain akal terkadang kalau kami bermain pasti dia yang mendapatkan jawaban benarnya. Pandai juga lu de’ !! hehe
Akhi shagir ini adalah saudara penulis yang menjadi teman perjuangannya di Jawa Timur untuk menuntut Ilmu, dengan adanya dia di Jawa Timur serasa penulis menjadi kakak tertua. Hehe, selamat itu menjadi tanggung jawab kamu penulis untuk menjadi satu-satunya keluarga adikmu disana... shu shu !!
Untuk adik ku ini, semoga ilmu yang ia terima selama sekolah ia dapat manfaatkan untuk agama dan terkhusus untuk pondok pesantren tempatnya mondokdan tempatnya tinggal. Amiiin, Semangat !!! J
Untuk nenek dari Ibuku, semoga selalu diberikan yang terbaik untuk mu nek, dan selalu berpesan kepada ku bahwa pendidikan gratis ini, rezeki ini adalah semua kehendak Allah, ada pelajaran dan ada cobaan yang harus ku terima dan ku hadapi dengan teguh dan kuat, sekolah tinggi-tinggi dan jauh adalah karena rezeki Allah yang diberikan kepada ku untuk menata hidup ku dan menjadi jaaaaauuuh lebih baik. itu kata nenekku untuk menyemangatiku bahwa setiap kejadian di dunia ini pasti ada hikmahnya, kita banyak mensyukurinya saja.
Untuk nenek dari Ayahku, semoga selalu diberikan kekuatan dan menjadi ibu tercinta dan terbaik bagi ayahku... nenek ku ini selalu berpesan bahwa pendidikan ini jangan disia-siakan karena ini tidak diberikan secara Cuma-Cuma untuk orang sembarangan, penulis harus benar-benar menjaga amanah ini. ... siap nek !!! amiin J
 Untuk tanteku tersayang, atta Mira, menyuruhku untuk selalu menjaga kesehatan di mana pun berada karena kesehatan adalah nkmat yang paling patut dijaga. Dan juga.....
Pak Makki, suami atta Mira berpesan juga kepadaku bahwa jika kita menginginkan hal yang baik dari orang lain, maka kita mesti baik pula terlbeih dahulu kepada semua orang.
Keluarga adalah segalanya, disinilah kita mendapat tujuan hidup, jalan hidup, pelajaran hidup, tantangan hidup, dengan mereka kita berkembang yang sesungguhnya, dengan mereka kita bercandatawwa. Love you forever mom, dad, brother, sister, all of you I always miss you.
Terima kasih Ya Rabb, Engkau hadirkan aku, Engkau lahirkan aku, Engkau besarkan aku di keluarga Haddise ini, terima kasih Engkau berikan aku Ayah dan Ibu yang sangat mencintaiku, terima kasih Ya Rabb... engkau beri kami kekuatan untuk saling melengkapi di keluarga kami sehingga dapat seperti sekarang ini. Panjangkanlah umur kami ya Rabb, tanamkanlah dalam diri kami untuk saling menyanyangi satu sama lain selamanya, dan saling membantu seumur hidup.. amiiin
Yah, tulisan ini saya tulis bagaikan 365 tahun yang lalu, mengapa ??? karena saat penulis pulang liburan pertama ini yaitu Ramadhan tentu ia baru menyadari akan suasana yang penulis tuliskan di atas.
 364 hari sungguh mengesankan !!! J J J  




Parepare, Juli 2015




Naimatul Mardiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar