Setahun: 365
hari
“Huuuuuuuhhhhhh.....akhirnya
sampai juga” teriak seorang gadis perantau yang telah tiba di tanah
kelahirannya yang ia sebut-sebut tana ogi’ (tanah Bugis) yaitu Provinsi
Sulawesi Selatan, setelah merantau selama setahun lamanya dan menjadi
pengalaman pertama baginya untuk tidak menatap wajah orang tua nya dalam jangka
waktu yang lama yaitu kurang lebih 365 hari lamanya.
“itu sih waktu
panjang bagi seorang gadis perantau yang pertama kali mengalaminya, padahal itu
masih setahun...hehe J, itu masih
awal perjuangan mba” ucap penulis kepada dirinya sendiri
Pengalaman
pertama gadis itu menjadi perjalanan terpanjang dan terlama baginya seumur
hidup dan bertahan untuk tidak melihat kampung halamannya atau kata lain
menahan diri untuk tidak pulang kampung saat libur semester 1 saat ia menahan
langkah kakinya untuk tidak menuju Bandara Juanda, gadis itu mengatakan hal ini
menjadi pengalaman terpanjang karena setahun penuh itu benar-benar ia tetapkan
dirinya untuk berada di Surabaya menempuh kuliahnya semester gasal dan genap,
di tambah dengan alasan selama ia RA/TK, MI/SD, SMP/MTs, SMA/MA ia tidak pernah
lepas dari keluarga yang berada di lingkungan pondok pesantren DDI Lil Banat
Parepare yang menjadi tempat belajarnya selama 16 tahun itu.
Rantauan
Terpanjang dan terlama sangatlah melekat di hati gadis itu yang akrab di sapa
Naima atau Ima, (pada cerita kali ini kita beri nama panggilan khusus “Gadis”) bagi
Gadis hal itu merupakan hal yang sangat menakjubkan saat Gadis menulis kisah
ini tepatnya hari Ahad, 06 Juli 2015 yang masih panas panasnya merasakan
kerinduan awal kembalinya dari kota Pahlawan yaitu Surabaya yang sekarang telah
hadir di tengah tengah keluarganya. Sampai saat ini, pukul ini 14.31 Senin 06
Juli 2015 mungkin Naima masih bisa mengatakan bahwa setahun itu adalah rantauan
terlama dan terpajangnya, namun... kita tunggu beberapa tahun kedepan mungkin
setahun tidak bertemu dengan orangtuanya adalah hal yang lumrah baginya.
Kurang lebih
setahun yang lalu terhitung sejak 12 Agustus 2014 sampai 24 Juni 2015 kemarin tepatnya
311 hari terhitung pula sejak detik menit jam hari Minggu bahkan bulan yang
terus dilalui Gadis berpisah dengan orang tuanya, yah... perpisahan sejenak itu
telah banyak mengajarkan dirinya, mulai dari makna kehidupan yang terkecil
hingga arti kehidupan yang sebenarnya, bagaimana seorang hamba hidup di dunia
fana ini, bagaimana seorang gadis menjaga dirinya sendiri tanpa ada seorang
Ayah disampingnya tanpa ada pendamping yang menjaganya, bagaimana seorang hidup
sendiri yang menanggungjawabi hidupnya, dan bagaimana mengatur jalan hidupnya
sendiri.
Hal-hal itu
telah di lewati sedikit demi sedikit oleh gadis perantau itu, sangat banyak
yang telah Ia lewati seorang diri di kota Surobuaya itu, baik itu masalah kecil
di lingkungan asrama-kelas-organisasi-lingkungan hingga masalah menghadapi
kepribadian dirinya sendiri yang harus ia tangguhkan demi evaluasi dirinya
setiap hari. Semua hal itu Ia lewati dengan berbagai kondisi dan raut wajah
yang berbeda-beda. Insha Allah, hal itu juga mempengaruhi kepribadian dirinya
bagaimana ia menanggapi hal-hal di lingkungannya itu.
“Yah.. itulah
tindakan timbal-balik yang harus Ia lakukan demi pendewasaan dirinya sendiri” Ujar penulis
Berbicara
mengenai 365 hari itu, jujur saja Gadis mengatakan Ia menyadarinya setelah Ia
tiba di kampung halamannya, jangka waktu lama yang telah ia lalui itu, ia
sadari setelah menghirup udara segar di rumahnya.
“Ternyata,
saya meninggalkan rumah hijau ini selama setahun???” tanya Gadis pada
saudara-saudaranya yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
“Iya... kamu
gak sadar udah ninggalin nih rumah setahun lamanya, kami disini rindu setengah
mati menunggu kedatangan kamu. ” ujar saudara perempuanku bernama Nurul Hasanah
dengan ekspresi sedikit emosi.
Gadis tercengang
mendengar pernyataan itu,
“Mungkinkah
itu karena saya betah tinggal di Surabaya atau waktu yang berlalu begitu saja
ataukah sebab yang lain?” ucap Gadis dalam hatinya
Keberadaan Gadis
di rumahnya telah berlalu 14 hari hingga detik ini, sangat banyak cerita yang
telah ia lalui di ibu kota Jawa Timur itu, dan dikisahkan kepada keluarganya di
rumah.
“Gadis...
liburan 2 bulan disini sampai pulang akhir Agustus nanti, mulutnya gak bakalan
berhenti cerita kisahnya di Surabaya, ceritanya gak bakalan habis-habis” teriak
k’ abul saudara laki-laki ku yang pertama dengan yakinnya saya akan bercerita
tiada henti
“oh.. gak
cukup, saya ninggalin kampung halaman ini kurang lebih 10 bulan, mana cukup
saya ceritakan sama kalian hanya kurang lebih 2 bulan waktu liburan saya di
sini..!” ucapku dengan suara agak tinggi.
365 hari
kurang lebih setahun lamanya telah tertumpah selama liburan Ramadhan Gadis di
rumahnya, di sana Gadis benar-benar menyadari akan yang namanya rantauan,
keluarga, persaudaraan, petemanan, persaudaraan dan lain-lain. Sangat banyak
yang telah Gadis dapatkan selama kuliah semester 1 & 2. Sebelumnya Gadis
sampaikan terima kasih terkhusus kepada teman-teman karena telah memberikan
berbagai macam sikap yang telah mengajarkan indahnya sebuah perbedaan antar
sesama, terima kasih kepada Dosen-Dosen yang memberikan ilmunya dan bagi saya
telah memberikan pelajaran terhadap sikap yang sebenarnya, terima kasih kepada
orang-orang Jawa (sebagai pertemuan pertama untuk berhadapan dengan orang
Jawa/Asing di sebuah pemukiman) yang telah menyadarkan saya sedikit keberagaman
suku dan budaya.
Semua
itu sedang Gadis ceritakan kepada keluarganya di tengah-tengah lingkungan rumah
saat liburan Ramadhan ini...
“Hmmm...
nikmatnya menceritakan pengalaman-pengalaman 365 hari bermukim di Surabaya”
ujar Gadis dalam hatinya ketika duduk seorang diri di mesin jahit milik Ibunya
yang menjadi warisan kakek tercintanya.
Yah... itulah
tempat favorite Gadis menuliskan pengalaman-pengalamannya, menulis selama
kurang lebih 2 bulan libur terasa seperti 365 tahun lamanya karena menuliskan
seluruh peristiwa di waktu itu. Bercerita mengenai rumah dan keluarga Gadis,
disini penulis akan menceritakan secara detail mengenai arti keluarga baginya.
#Family
Keluarga
adalah kelompok primer yang memberikan pengaruh sangat melekat pada diri
anggota keluarganya, karena keluargalah yang pertama berkomunikasi dengannya
sejak kecil yang menjadi perekam jejak tingkah laku bagi seorang anak. Yah..
itulah keluarga yang pada dasarnya memberikan effect tingkah laku pada anak. Keluarga adalah sahabat, keluarga adalah artis,
keluarga adalah hakim, keluarga adalah guru, keluarga adalah segalanya.
Family
is My Everyting, yah benar sekali “keluarga adalah segalanya” Gadis menyatakan
pernyataan ini ketika Ia berada di Surabaya dan menyadari akan pentingnya,
sayangnya, kasihnya, pekanya, indahnya yang disebut dengan sebuah keluarga.
Gadis
anak keberapa sih?... yap, Gadis anak ke 4 dari 5 bersaudara, Ia memiliki 4
saudara 3 ganteng dan 1 cantik. Amiiin, dan tentunya 1 Ayah dan 1 Ibu.
Ayahnya bernama Haddise dan tahun ini beliau sudah berumur 63 tahun, yah benar
sekali ayah Gadis sudah lanjut usia, bayangin aja kalau anak pertama beliau
sudah berumur ...., beliau adalah seorang yang tegas dan disegani di keluarga,
beliau berkarakter pendiam-tidak banyak bicara dalam setiap kondisi, sekali
beliau angkat bicara, Woooww, menggetarkan seisi rumah, hheehehe J karena
keseganan yang beliau miliki membuat tawanya terjual sangat mahal, senyumannya hanya
dapat terukir jika istri tercinta yang membuat candaan, yah ibu Annisar namanya.
Begitulah bentuk kecintaan beliau kepada istrinya, kalau kata anak-anaknya,
senyum bapak berkumis tebal itu seperti senyum Rasulullah, yang katanya
senyum/ketawanya itu tidak berlebihan atau jika ada hal yang lucu, beliau hanya
meringis tersenyum manis. Hehe.. J seandainya
pembaca melihat senyum bapak Gadis, hal yang pertama anda ucapkan adalah “manis
banget”. Hehe...
Beliau
adalah sosok lelaki yang kuat, penulis mengatakan hal tersebut karena beliau
sudah ditinggalkan oleh sosok seorang bapak sejak berumur 9 tahun kelas 4 SD,
yah.. benar sekali, beliau yatim sejak 4 SD, sehingga beliau menjadi tulang
punggung keluarga karena beliau adalah satu-satunya saudara laki-laki di antara
ketiga saudari-saudarinya. Beliau juga menjadi anak kesayangan nenek Gadis karena
hanya beliaulah yang menempuh pendidikan hingga dapat menjadi seperti sekarang
ini. Alhamdulillah..... tanggungan sebagai anak pertama tentunya
bertugas sebagai seorang Bapak jika orang tua telah tiada, begitulah sosok
tegar bapak Gadis menjalani dan menempuh hidup di Kabupaten Soppeng di Sulawesi
Selatan ketika masa kecilnya.
Ayah
atau Bapak adalah lelaki yang tak pernah berhenti mencintai anaknya,
satu-satunya lelaki yang selalu ingin menjaga anaknya, sosok pria yang tak
hentinya menanyakan kabar anak wanitanya, satu-satunya sosok laki-laki yang
selamanya memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarganya.
Satu kalimat
yang Gadis tuliskan di kisah kali ini untuk bapak tercintanya adalah “Aku sangat
Mencintaimu, meskipun aku tak pernah mengatakannya langsung dihadapanmu Ayah”
Wanita adalah
arti nama dari Ibu Gadis yang bernama Annisar, yah sebenarnya dari arabnya
yaitu النِّسَاءْ “wanita”. Nama panggilan mahkotaku ini di
kalangan keluargaku adalah atta (pengganti panggilan ibu di kalangan
keluarga tertentu), so... Gadis memanggil ibunya dengan panggilan atta, menulis
bagian kisah ini mengingatkanku 15 tahun lalu saat ibuku mengatakan kepada kami
(anak-anaknya-5 saudaraku) bahwa siapa yang tidak memanggil ibu dengan
panggilan atta, maka kami bukan anaknya, itulah yang disampaikan ibuku kepada
kami yang mungil-mungil dengan ancaman lucu seperti itu.
“hehehhehehe...haha”
tertawa 4 saudaraku mengingat kejadian itu ketika ibu sedang memasak di dapur mendengar
anaknya bercerita hal lucu itu.
Seandainya
saat itu ibu tidak mengatakan ancaman seperti itu, mungkin dari kami berlima
sat ini ada yang tidak memanggil ibu dengan panggilan atta. Mungkin pembaca
bertanya “atta, itu panggilan bagaimana sih?” atta di kalangan keluarga kami
Bani Rasyid menjadi turunan untuk memanggil ibu/ayah kami dengan panggilan
atta, begitulah kata kakekku yang mengajarkan anak-anaknya untuk meminta
anak-anaknya kelak memanggilnya dengan panggilan itu.
Bosan... gak
ngerti-ngerti, okee kita ganti pembahasan...!
Sosok ibu
gadis adalah wanita superhero, kenapa? Karena dimata anak-anaknya + suaminya
tersayang, Ibu Annisar adalah wanita multi talent. Hehehe, iya benar, ibu Annisar
ini sangat kuat dan selalu bersemangat dalam menjalani hidupnya sehari-hari, saat
mengajar, tanggungan di rumah (memasak untuk keluarga & masak catering),
mengabdi, membina asrama dan lain-lain, Semuanya ia kerjakan dengan semangat
full 45. Ketangguhan mahkota keluargaku ini menjadi pelatih di rumah hijau
kami. Yang namanya seorang ibu sangatlah aktivies tentunya, pribadi penulis
mengatakan sosok ibu itu adalah wanita terpeka di dunia. iya gak, setuju ??? perlu
kita ketahui bahwa seburuk-buruknya (sebenarnya gak ada seburuk-buruk gitu,
anggapannya kaya gitulah) tanggapan seorang Ibu itu adalah tanggapan peka
terbaik manusia yang dihadapi oleh seseorang. Sikap ibu terhadap anaknya sudah
Ia pikirkan sebelum anaknya memikirkan hal itu terhadap dirinya sendiri.
Kepekaan
seorang ibu sebenarnya sudah melewati
kapasitas peka, hehe.. pake bahasa kapasitas segala. Iyyyaah.... karena ibu itu
benar-benar pemikir yang handal, dengan kesibukannya yang tidak terlihat jelas
di mata orang-orang, ia tidak pernah lupa mendoakan kebahagiaan anak-anaknya.
Berbicara tentang ibu masih baaaaanyak hal yang perlu diungkit, namun pada
tulisan ini kita batasi aja yah.. nanti ada pembahasan khusus di karya lain.
Selanjutnya
sosok kakak pertama, kakak pertama Gadis ini, akrab di panggil daeng Abul
dengan nama lengkap Abul Khaer, akhi Kabir 1 ini adalah sosok kakak yang paling
sabar dan tentunya paling dewasa di antara kami berlima. Yah.. secara anak
pertama tanggungjawabnya lebih besar.. hehe J semangat
daeng abul !!!
Sabar, baik,
bijak, pendiam, ganteng, pandai, alim, tapi ada satu sikapnya dan menurut
penulis itu membuat kakak paling ganteng ini kurang baik yaitu terkadang dia
tidak mengungkapkan jika ada suatu masalah atau ada hal-hal yang sebenarnya
perlu dibicarakan tapi, ia malah merahasiakannya sendiri. Hehe, ini sihh
pendapat penulis sendiri, sebenarnya gak atau, tapi pandangan anak ke 4 ini yah
begitulah.
Akhi kabir 1
ini adalah satu-satunya saudara saya yang tidak mondok di pesantren, sebabnya
kurang atau juga, tapi beliau sekolah di SMK yang berada sekitar 300 M dari
rumah, dengan keahlian elektronika dia, akhi kabir 1 ini sangat dikenal untuk
memperbaiki hal-hal yang berhubungan dengan elektronik. Yah, susah dijelasin
mungkin yah!! Tapi, keahlian itu sangat bermanfaat bagi keluarga kami dan
masyarakat sekitar.
Akhi kabir 1
adalah sosok kakak yang mengajarkan penulis akan kesabaran hidup, dengan sabar
kita akan tenang dan selalu positif thingking terhadap sesuatu. Kakak
ganteng ini juga selalu berpesan kepada penulis bahwa jangan sia-sia kan
kesempatan yang Allah SWT telah berikan kepada kita.
Semoga akhi
kabir 1 + guannteng ini cepat dapat jodoh dan membangun keluarganya kelak
menjadi sakinah mawaddah wa rahmaah !! Amiin J
Selanjutnya....
daeng wawan, dengan nama lengkap Muhammad Anwar, akhi kabir 2 ini adalah kakak
kedua sekaligus anak kedua dari bapak ibu penulis. Kakak kedua ini dikenal
dengan keahlian kaligrafinya, keahliannya itu telah membawa dia terbang ke
pulau sana sini untuk mengikuti lomba tingkat Nasional. Keahliannya juga
menjadi penghias di rumah kami karena beberapa karyanya di pajang di ruang tamu
rumah.
Sarjana hukum
UIN Alauddin Makassar, yah.. akhi kabir 2 ini lulusan UIN dengan nilai yang
cukup memuaskan, walaupun cukup telat sih !!!.. dengan kemalasan tertentu yang
ia miliki kadang membuat orang-orang di rumah sedikit jengkel karena sikap
keras kepalanya. Perut besar, gengsi tinggi, imut, seniman, punya banyak
keahlian sih... tapi akhi kabir 2 ini terkadang tidak memiliki kefokusan dalam
hidupnya sehingga tidak tahu mau bererak ke arah mana, kegengsiannya dalam hal
pekerjaan sebenarnya bagus jika berarah pada niat yang serius, tapi... ia
tertlalu gengsi sehingga ia tidak dapat memulai sesuatu itu dengan mudah.
Masak,
cameramen, seni, gamer, banyak deh.. tuh kan, jadi bingung mau nulis apa ???
semoga dengan keahliannya ini dan keras kepalanya itu dapat menjadikannya sosok
bapak dikeluarganya kelak menjadi pemberi nafkah yang sempurna. Amiiin !!
semangat cari kerjanya daeng wawan!! J fighting.....
Ukhti ummul,
nama lengkap Nurul Hasanah... yah ukhiti cantik ini adalah satu-satunya
saidaraku paling cantik, ya iyalah, secara kan cuman 2 yang perempuan. J hehehe.
Nama
panggilannya kok beda dengan nama lengkapnya, iya beda titik masalahnya itu
waktu ukhti ummul di aqiqah, ceritanya panjang deh. Nurul hasanah, iya artinya
cahaya yang baik, kakak penulis ini adalah kakak yang paling terbuka di
keluarga kami, kenapa karena semuuuuaaa ia ceritakan kepada kami, mulai dari
masalah kecil hingga besar bahkan cinta-cintaan. Hehehe J
Bondeng,
cantik, seperti boneka, cerdas, pandai masak, dan lain-lain. sikapnya yang
menggemaskan, ada satu hal yang membuatnya terlihat kurang baik untuk kalangan
wanita.. heheh, malas, iya malas... malas, tapi sekali rajinnya datang
benar-benar rajin, tapi kalau malas yah malasnya berkepanjangan. Hehe
Ukhti ini ahli
kaligrafi juga, bukan julii ini ia akan terbang ke UI Jakarta untuk mengikuti
lomba kaligrafi tingkat Nasional lagi. Semangat kakak.. semoga di sana dapat
pelajaran yang banyak !!! menjadi kakak perempuan untuk adiknya yang satu putri
juga tentunya perlu banyak cerita pengalaman, benar sekali.... (y) kakak cantik
ini, satu-satunya tempat saya cerita semua keluhan saya, tentunya puas karenaa
cewe tuh hanya perlu di dengar. Hehhe J iya gak ???
Semoga ukhti
boneka ini dapat mencapai impian-impiannya dan dapat berubah menjadi wanita
yang rajin dan mengantarkan adik perempuannya untuk menjadi wanita yang
sholehah !! amiiin J shu shu!!!
(semangat dalam bahasa Thailand)
Khaerul Anwar
nama lengkapnya nama panggilannya “aan”, bingung juga kok jaug banget dengan
nama aslinyaa. Hehe J selamat
mencari tahu..
Akhi shagir
ini adalah satu-satunya dik penulis yang palinh ganteng, ya iyalah, secara
penulikan cuman punya adik satu, yang lainnya kakak. Hehe J oke,,, akhi
shagir ini sangat ganteng dan paling mirip dengan nenek kami dari bapak,
pintar, ganteng, manja (iya, pasti semua anak terakhir jkayanya gitu deh !)
itulah dia, akhi shagir ini sangat pandai bermain akal terkadang kalau kami
bermain pasti dia yang mendapatkan jawaban benarnya. Pandai juga lu de’ !! hehe
Akhi shagir
ini adalah saudara penulis yang menjadi teman perjuangannya di Jawa Timur untuk
menuntut Ilmu, dengan adanya dia di Jawa Timur serasa penulis menjadi kakak
tertua. Hehe, selamat itu menjadi tanggung jawab kamu penulis untuk menjadi
satu-satunya keluarga adikmu disana... shu shu !!
Untuk adik ku
ini, semoga ilmu yang ia terima selama sekolah ia dapat manfaatkan untuk agama
dan terkhusus untuk pondok pesantren tempatnya mondokdan tempatnya tinggal.
Amiiin, Semangat !!! J
Untuk nenek
dari Ibuku, semoga selalu diberikan yang terbaik untuk mu nek, dan selalu berpesan
kepada ku bahwa pendidikan gratis ini, rezeki ini adalah semua kehendak Allah,
ada pelajaran dan ada cobaan yang harus ku terima dan ku hadapi dengan teguh
dan kuat, sekolah tinggi-tinggi dan jauh adalah karena rezeki Allah yang
diberikan kepada ku untuk menata hidup ku dan menjadi jaaaaauuuh lebih baik.
itu kata nenekku untuk menyemangatiku bahwa setiap kejadian di dunia ini pasti ada
hikmahnya, kita banyak mensyukurinya saja.
Untuk nenek
dari Ayahku, semoga selalu diberikan kekuatan dan menjadi ibu tercinta dan
terbaik bagi ayahku... nenek ku ini selalu berpesan bahwa pendidikan ini jangan
disia-siakan karena ini tidak diberikan secara Cuma-Cuma untuk orang
sembarangan, penulis harus benar-benar menjaga amanah ini. ... siap nek !!!
amiin J
Untuk tanteku tersayang, atta Mira, menyuruhku
untuk selalu menjaga kesehatan di mana pun berada karena kesehatan adalah nkmat
yang paling patut dijaga. Dan juga.....
Pak Makki,
suami atta Mira berpesan juga kepadaku bahwa jika kita menginginkan hal yang
baik dari orang lain, maka kita mesti baik pula terlbeih dahulu kepada semua
orang.
Keluarga
adalah segalanya, disinilah kita mendapat tujuan hidup, jalan hidup, pelajaran
hidup, tantangan hidup, dengan mereka kita berkembang yang sesungguhnya, dengan
mereka kita bercandatawwa. Love you forever mom, dad, brother, sister, all of
you I always miss you.
Terima kasih
Ya Rabb, Engkau hadirkan aku, Engkau lahirkan aku, Engkau besarkan aku di
keluarga Haddise ini, terima kasih Engkau berikan aku Ayah dan Ibu yang sangat
mencintaiku, terima kasih Ya Rabb... engkau beri kami kekuatan untuk saling
melengkapi di keluarga kami sehingga dapat seperti sekarang ini. Panjangkanlah
umur kami ya Rabb, tanamkanlah dalam diri kami untuk saling menyanyangi satu
sama lain selamanya, dan saling membantu seumur hidup.. amiiin
Yah, tulisan
ini saya tulis bagaikan 365 tahun yang lalu, mengapa ??? karena saat penulis
pulang liburan pertama ini yaitu Ramadhan tentu ia baru menyadari akan suasana
yang penulis tuliskan di atas.
364 hari sungguh mengesankan !!! J J J
Parepare, Juli 2015
Naimatul Mardiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar