PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) adalah salah
satu jenis jalur untuk melanjutkan kuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya yang
telah membawa penulis bertemu dengan seseorang yang banyak membantu mengubah
sisi negatif manusia dalam menilai kehidupan terlebih di luar dari negaranya
sendiri, yang mana Beliau dikenal sebagai Imam Shalat Tarwih di beberapa negara
seperti Afrika, Asia dan Eropa. Beliau adalah penulis buku terlaris 60 menit
terapi shalat bahagia, isi buku ini sangatlah bermanfaat bagi muslim dan
muslimat yang menerapkan terapi shalat tersebut ke dalam shalatnya.
Beliau adalah Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M. Ag. seorang
dosen fakultas dakwah dan komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, beliau juga telah
menjadi narasumber pada Orientasi Peningkatan Kualitas dan Pembekalan PBSB 2014
diadakan di GreenSA inn Hotel Surabaya pada tanggal 22 Agustus 2014. Saat itulah,
penulis pertama kali bertemu Beliau. Awalnya penilaian penulis biasa-biasa saja
terhadap Beliau saat membawakan materinya karena penulis tidak tahu seluk beluk
bahkan sikap kekaguman orang-orang yang sebenarnya penulis harus kagumi pula
akan kecerdasan, keterkenalan dan kewibawaan Beliau yang sangat
dikagum-kagumkan oleh banyak orang.
Buktinya, Beliau adalah orang besar+penting+terkenal
dan orang yang pernah menjadi dekan fakultas dakwah ini telah menjadi inspirasi
para warga UIN Sunan Ampel Surabaya, terlebih pada fakultas dakwah dan
komunikasi. Sosok dialah yang telah menjadi pemateri pada acara orientasi yang
penulis ikuti tersebut, penulis kaget tak terkira (setelah mendengar lebih
detail riwayat hidup Beliau) mengetahui bahwa kakak panitia dapat menghadirkan
sosok seperti Beliau dihadapan peserta orientasi tanpa mengeluarkan uang
sepersen, ternyata Beliau adalah dosen pada mata kuliah Ilmu Dakwah, yang akan
menjadi dosen penulis itu sendiri saat kuliah kelak.
“Ini tidak dapat diabaikan, sosok seperti Beliau
pastinya jarang, apa kunci dari keberhasilan Beliau yah??” pikir penulis penuh
keheranan. Saat materi Beliau berlangsung, tentu suasanannya berbeda dengan
narasumber-narasumber lainnya karena dari cara pembawaan materi Beliau yang
beda, beliau lebih mementingkan suasana keakraban antara pengajar dan pelajar
terlebih dahulu, agar selanjutnya Beliau dapat dengan mudah mentransferkan
ilmunya kepada peserta orientasi. Begitulah yang penulis tangkap dari cara
Beliau menyampaikan materinya saat orientasi tersebut.
Satu poin berharga yang penulis dapatkan pada pertemuan
pertama penulis dengan Beliau bahwa ”sertakanlah
Allah SWT dalam segala sesuatu” susunan kata ini singkat, jelas dan
penuh dengan makna yang besar jika di telaah dengan baik, bayangkan saja jika
seseorang selalu mengingat Sang Pencipta setiap apa yang akan Dia lakukan,
Insya Allah pekerjaannya itu diberkahi Allah SWT. Amiin,
Setelah materi berakhir, sebagaimana anak-anak lebay zaman
sekarang, segala sesuatu diposting di jejaring sosial, begitupun dengan
penulis, Dia segera memposting statusnya yang terinspirasi dari poin berharga
Prof. Ali paparkan tadi, yang tertulis seperti ini “Ya Allah, Ya Rahman, Ya
Rahim… L L L ingatkanlah
aku, sadarkanlah aku, sandarkanlah aku agar selalu menyertakan nama-Mu dalam
setiap tarikan napasku, langkah kehidupanku dan rencana masa depanku. Amiin Ya
Rabbalalamin”(diakses pada 22 Agustus 2014_12:08).
Sebelum penulis memposting statusnya itu, tentunya
penulis berpikir sejenak bahwa betapa indahnya, nikmatnya, sejuknya segala
sesuatu itu jika dilakukan dengan selalu menyertakan nama Allah SWT disetiap
langkah seseorang, penulis meratapi selama 18 tahun 1 bulan 2 hari Dia telah diberi
hidup oleh Sang Pencipta Bumi ini, apakah penulis telah menerapkan hal tersebut?,
betapa cueknya diri penulis terhadap hal penting seperti itu
“Astagfirullahal’adzim” ujar penulis. Pada saat menulis statusnya itu, penulis
mulai ikhlas dalam segala sesuatu yang akan ia kerjakan dan selalu bersyukur
akan peristiwa-peristiwa yang Dia hadapi (اِنْشَاالله).
“Alhamdulillahirabbil’alamin” ungkap penulis
ketika ia baru sadar bahwa Dia telah mendapatkan keberuntugan lulus pada jalur
PBSB, yang Insya Allah kedepannya penulis akan mendapatkan banyak
inspirasi-inspirasi dari orang-orang tempat melanjutkan pendidikannya itu, UIN
Sunan Ampel Surabaya tercinta.
1 September 2014 (09.30) adalah pertemuan pertama mata
kuliah Ilmu Dakwah semester I_BKI C3. Namun, sayangnya yang bertemu dengan
mahasiswa saat itu bukan dosennya langsung, tetapi asisten dosen mata kuliah
tersebut yang bernama Nurkholis Majid, asisten dosen Prof. Dr. Moh. Ali Aziz,
M.Ag sebagai dosen pengampu mata kuliah tersebut. “Wooww…amaizing” ujar penulis
saat mengetahui bahwa dosen mata kuliah ilmu dakwah itu adalah Bapak yang pernah mengisi materi saat orientasi 9
hari yang lalu di GreenSA inn. Senang, kaget, takut, heran dan lainnya adalah
perasaan penulis saat mengetahui hal tersebut.
Mengapa demikian?????
Perasaan itu tentunya memiliki alasan, yang pertama
karena penulis merasa senang, Dia dapat menerima ilmu lebih jauh lagi dengan
orang seperti Beliau dalam hidupnya. Alasan kedua mengapa Dia kaget, karena
penulis takut (J kok,, mundur
sebelum berperang sih!) sistem yang Beliau terapkan dalam pembelajaran
kuliahnya kurang nyaman dengan diri penulis (maklum mahasiswa baru,
kekhawtairannya banyak). Alasan ketiga mengapa penulis terlihat heran, kembali
lagi “kok bisa yah?” sosok sibuk, terkenal, besar, bisa menjadi dosen yang
sangat disiplin pada mata kuliah yang dibawakan.
Disini saya mendapat poin berharga kedua dari diri
Prof. Ali bahwa “disiplin adalah kualitas pembeda orang kalah
dan orang pemenang”. Jujur sejujurnya, penulis sangat bangga dengan
seseorang yang sangat menghargai waktu karena dengan sikap seperti itu
seseorang juga dapat membentuk karakter untuk menghargai orang lain, dan
sebagaimana yang kita ketahui menghargai orang lain itu sangatlah terpuji.
Pandangan penulis dengan sikap disiplin yaitu, juga akan menjadi salah satu
faktor kesuksesan seseorang karena dengan mendisiplinkan segala sesuatu
yang dikerjakan, maka akan memudahkan
dalam proses mengerjakannya baik itu disiplin dalam hal waktu, schedule terutama
sikap. Perlu kita ketahui mendisiplinkan orang lain itu lebih muda dibanding mendisiplinkan
diri sendiri (say Prof. Ali). Oleh karena itu, patutlah kita memberikan aplos
(prok..prok..prok..) dan penghargaan bagi seseorang yang memiliki sikap
disiplin.
Kesan kedua ini, sangat penulis apresiasi karena
penulis sangat kagum dengan sosok Prof. Ali yang selalu menunjukkan sikap
profesionalnya dengan segala pekerjaannya, tanpa pandang bulu dan waktu. Sikap
Beliau yang sangat disiplin itulah yang menurut penulis menjadi kunci
kesuksesannya, dan tentunya tidak lepas dari kuasa Sang Maha Pemberi Rezeki,
(kembali lagi,,, selalu menyertakan Allah SWT dalam segala tindakan).
Keren! Dae Bak (hebat ‘bhs korea’)! Itulah perkataan
penulis yang diungkapkan pada awal-awal pertemuannya dengan Beliau. “Kejutan
apa lagi yang akan Beliau nampakkan dan
transferkan pada mahasiswanya?” pikir penulis. “Awal saja sudah memberikan poin
berharga tersirat seperti ini, bagaimana kedepannya?” ujar penulis kepada teman
se-provinsinya dengan bahasa daerahnya. Ini tentunya menjadi awal baik bagi
penulis mendapat dosen sehebat Beliau, penulis berharap semoga saja kedepannya
Beliau tidak melupakan mahasiswanya ini. Amiin…
8 September 2014 pada jam yang sama pula, beliau masuk
ke ruang D1.209 untuk mengajarkan mata kuliah ilmu dakwah di kelas C3 BKI
Semester I, saat itu adalah pertemuan ketiga penulis dengan beliau secara
formal. “dag..dig..dag” suara detak jantung penulis saat Bapak dosen
melangkahkan kakinya setelah menaiki anak tangga terakhir yang letaknya
terlihat jelas dari ruangan D1.209 tersebut. Suara detakan itu menandakan bahwa
penulis merasakan ketakutan saat Beliau akan mengajar lagi. Mengapa? katanya
Dia bangga dengan sosok Beliau. Kok takut?, Saat itu, penulis merasakan
ketakutan lagi, ternyata karena hari itu, hari presentasi kelompok pertama
untuk membahas pembahasan pertama pula pada buku Ilmu Dakwah karya Dosen itu
sendiri, trus nyambung perasaan takutnya dimana?.
Hmmmm……. هُنَا (disini) nyambungnya,
Penulis merasakan takut, itu disebabkan karena Dia akan
merasakan hal yang sama pada 16 hari kedepan dengan temannya yang akan
presentasi pada hari itu. Walaupun, ini dikatakan lebay (kok lho ‘penulis’ yang
merasa takut, kan gue yang presentasi, gue aja gak setakut & sekaget lho!),
itulah jiwa penulis yang satu ini karena Dia akan merasakan hal yang sedikit
sama dengan perasaan temannya.
Sebenarnya alasan bukan pernyataan diatas, melainkan
karena kekhawatiran penulis apakah Dia dapat lebih baik dari presentasi
temannya saat itu, untuk tampil pada hari presentasi kelompoknya. “semoga saya
dapat tampil dengan lebih baik dari narasumber hari ini, dan saya akan usahakan
dengan gaya saya sendiri” harap penulis saat narasumber sedang melakukan
presentasinya didepan kelas.
Pada hari senin itu, penulis tentunya mendapatkan poin
berharga lagi dari pertemuannya dengan beliau dalam proses belajar mengajarnya.
Poinnya adalah “perjuangan terberat adalah menaklukkan diri
sendiri”. Fantastik! Penaklukan diri “Woww, amazing!” ujar penulis, seseorang
yang telah berhasil menaklukkan dirinya sendiri, itu luar luar luarnya luar
biasa bukan luar biasa saja. Menaklukkan diri sendiri berarti seorang telah
menjadi pemenang. Mengapa? karena untuk menjadi seorang yang hebat, maka lawan
pertama yang harus dikalahkan adalah diri sendiri dan tanpa mampu mengalahkan/menaklukkan
diri sendiri seseorang tidak dapat mengalahkan orang lain.
Menaklukkan diri sendiri itu berarti tidak
bermalas-malasan, tidak selalu menyalahkan orang lain, optimis dan tidak mudah
menyerah. Sikap ini harus penulis tanamkan dalam-dalam. So… intinya, penulis
harus selalu berpikir positif dalam segala tindakannya. Ok!!!
15 September 2014, hari yang sama pula dengan minggu-minggu
sebelumnya. Mahasiswa sekelas penulis (C3 Sem-I) bertatap muka kembali dengan
Prof. Ali dengan narasumber berbeda dari makalah berikutnya, kesempatan
presentasi hari itu adalah dari kelompok III (iva, jajang, khairina) dan IV
(kurni, lia, mizan). “semoga lancar kawan!” ungkap penulis kepada narasumber
hari itu. (refresh kembali, sebagaimana yang penulis katakan sebelumnya bahwa
Dia masih bisa merasakan harapan penampilan diri temannya saat presentasi)
“Fighting! J keep smile” tersenyum memberi
semangat kepada pemakalah.
Ditengah-tengah proses presentasi, Bapak dosen menyelipkan
sedikit ungkapan kata kepada mahasiswanya bahwa“Kau tidak dituntut
memperoleh hasil terbaik, karena yang dimiliki Tuhan, bagaimana usaha dan
proses seseorang dalam mencapai hasil tersebut”. Ini termasuk poin
berharga keempat yang termasuk penulis paling sukai, karena makna ini sangat
membangkitkan semangat bagi orang-orang seperti penulis sendiri serta menjadi
motivatornya setiap saat. Mungkin itu disebabkan karena penulis kurang setuju
dengan hasil akhir terhadap suatu pekerjaan. Karena menurutnya sendiri, hasil
yang diharapkan seseorang belum tentu meggambarkan proses dan usaha kerja
sebelumnya. Bagaimana dengan pembaca?
Prof. Ali mengatakan pula bahwa “dengan
usaha Anda bisa sukses dan gagal, tapi jika Anda peragu dan pemalu Anda pasti
gagal”. Kalimat ini masih menjadi pertanyaan
di benak penulis, masa sih ada usaha yang bisa membuat orang gagal?, atau mungkin
maksud ‘gagal’ disini karena usahanya itu kurang mantap/negatif ataukah karena
usahanya berbelok arah? bingung…… ;-/ Terus mengenai sikap peragu dan pemalu,
apakah menjadi tolak ukur penentu seseorang berhasil atau gagal? Atau
mungkinkah sikap itu sebaiknya dihilangkan saja, agar seseorang lebih mudah
mencapai kesuksesannya?.. ya itulah pernyataan yang masih menjadi “?” tanda
tanya besar bagi penulis yang selalu Dia lupa untuk ditanyakan dengan Beliau.
Pertemuan ini, tidak seperti pertemuan-pertemuan
sebelumnya, penulis merasa enjoy, santai, biasa dan nyaman. Mungkin ada
hubungannya dengan ungkapan kata/penjelasan poin berharga keempat yang Bapak
dosen ungkapkan diatas. Ya… baguslah ada perkembangan dari diri penulis ”
Hwaiting! (semangat bhs korea) n____a (nama penulis) di hari-hari selanjutnya”
ujar penulis kepada diri sendiri.
Sampai bertemu lagiii..…di episode selanjutnya!
Be Continue…………………………………………!
22 September 2014 adalah coretan tanggal bersejarah
bagi penulis karena hari senin itu akan menjadi hari pertamanya presentasi
selama berstatus menjadi MAHASISWA “dijadikan tanggal bersejarah gak papakan?,
kan sejarah baru seseorang merasakan suasana menjadi mahasiswa seperti ini
sekali doang seumur hidup (yang larang siapa mbak?)” curhat penulis di blue’s
booknya. Coretan bersejarah itu terletak tepatnya dibawah ranjang sekamar
penulis bagian atas serta berada diatas tatapan mata penulis yang dipandangnya setiap
sebelum tidur selama 22 hari sebelumnya, yang Insya Allah penulis akan lepas
ketika pulang nanti, setelah presentasi hari itu.
Tugas pemakalah hari itu adalah dari kelompok V (fikri,
alghi, murni), VI (nadia, naima, nanang) dan kelompok VII (norma,egha,bila) dan
yang akan memandu diskusi hari itu adalah saudari Naimatul Mardiyah dari
kelompok VI, sebelum diskusi dimulai tentunya dari moderator akan membuka
diskusi dengan gaya khasnya sendiri. Proses presentasi masing-masing kelompok,
dibagi menjadi 3 pembahasan agar masing-masing anggota berperan aktif dalam
proses presentasinya. Saat giliran penulis yang menjelaskan pembahasan dari
pembagian bab kelompoknya, penulis mendapat teguran dari Bapak dosen,
tegurannya seperti ini “hei..siapa namanya, naima? kamu nak tidak bisa menjadi
pembawa acara berita, wajahmu tertutup dengan jilbabmu, jilbabnya dimundurkan sedikit
nak!! (lupa-lupa juga sih, soalnya gak sempat nge-record, tapi inti maksudnya
kaya gitu deh!)” J.
Saat itu, penulis hanya tersenyum tersipuh malu dan
konsentrasi pembahasannya mengenai materi sudah hilang sehingga presentasinya
kacau, yah…. Begitulah sikap penulis yang satu ini, Dia pun tetap berusaha fokus
melanjutkan presentasinya, dan karena kejadian itu model/cara jilbab penulis
berubah (menurut penulis sendiri) walaupun berubahnya itu tidak menjadikan
jilbabnya menjadi mundur kebelakang hingga dahi penulis terlihat J, namun
perubahannya itu tidak menjadi lebih baik dan tidak pula memburuk bagi penulis
(yang pastinya ada yang berubah dari cara berjilbab penulis). Hehehehe J J
Sebelum presentasi berakhir, Prof. Ali memberikan poin
berharga kelima bagi mahasiswanya lagi, seperti ini “cintailah
pekerjaan Anda, itu adalah modal terbesar untuk kekuatan dan inspirasi dimasa
depan untuk kesuksesan”. Ini membuktikan bahwa jika seseorang
mengerjakan sesuatu diawali dengan cinta, maka itu akan menjadikan pekerjaannya
menjadi lancar, sebab ia akan senang, bahagia, tenang, dan mencintai pekerjaan
yang Dia kerjakan. Sehinggan akan menjadi kekuatan dan inspirasi bagi dirinya
untuk mencapai keberhasilan kerjanya.
Poin kelima ini penulis renungkan, Dia berpikir berarti
mencintai suatu pekerjaan itu akan menjadikannya pula untuk semangat terlebih
dahulu terhadap suatu pekerjaan itu. bukan begitu pembaca?, semoga saja ita
semua bisa mencintai setiap pekerjaan yang akan kita kejakan. Amiiin
Setelah presentasi masing-masing kelompok selesai,
selanjutnya moderator masuk ke sesi pertanyaan yang saat itu
pertanyaan-pertanyaan yang peserta diskusi ajukan tidak sempat dijawab oleh
para pemakalah dari kelompok V, VI, VII karena waktu yang kurang memadai, jadi
Bapak dosen memerintahkan untuk mengirimkan jawabannya ke email bapak saja, dan
yang bertugas mengirim jawaban hasil diskusi hari itu, adalah tugas dari
moderator itu sendiri. Diskusi pun selesai hari itu, “legahnya, saatnya aku
lepas coretan bersejarah itu dari bawah ranjang sekamar penulis”.
Minggu-minggu selanjutnya akan berjalan seperti minggu
sebelumnya, pemakalah bergantian, pembahasan berubah, ada sesi pertanyaan dan
pemakalah menjawab pertanyaan dari peserta diskusi. Ya… begitulah seterusnya.
Senin, tanggal 29 Sep, 6, 13, 20 sampai 27 Oktober 2014
berjalan seperti minggu-minggu diatas, yang mana setiap minggunya penulis
mendapatkan poin berharga dari Bapak dosen. Dari penempatan tanggal diatas
berarti penulis mendapatkan tambahan 5 poin berharga sehingga penulis telah
mengumpulkan 10 poin berharga sampai tanggai 27 Oktober itu, yang pertama “jangan
berharap lampu menyala dari baterai yang mati”.beliau menjelaskan maksud dari
poin berharga ini yaitu kamu jangan berharap bisa menjadi orang yang luar
biasa, jika yang kamu lakukan untuk mencapai keluarbiasaan itu hanya dengan
cara yang biasa-biasa saja, itu tidak akan tercapai dengan maksimal pula jika
kamu mengerjakan sesuatu sebelumnya hanya dengan usaha yang minimal. Dan
yakinlah bahwa Allah akan selalu bersama Hamba-Nya yang sabar, mencintai
pekerjaannya dan yang selalu menyartakan nama-Nya disetiap langkahnya.
Yang kedua “kedengkianmu
pemangkas sayap kesuksesanmu”. Kalau mendengar kata pemangkas,
ingatnya tukang cukur yah… heheh J J. Sikap dengki
seseorang terhadap sesuatu baik itu dengki pada suatu benda, ciptaan Allah
lainnya bahkan kepada manusia itu menjadi penghalang seseorang untuk mencapai
akan kesuksesannya, yang sebenarnya sedikit lagi akan berhasil untuk dicapai,
namun karena satu sikap ini, keberhasilan mencapainya akan memangkas sayap
kesuksesan kita …….. Owww, eman :D (jawa sedikit gak papa, kan belajar juga).
Sayangkan, kalau sudah di ujung tombak untuk berhasil, terus sikap kita seperti
ini yang akan menjadi tembok penghancur, wait… bukan penghancur, tapi
penghalang/pengganggu kita untuk mencapai tujuan itu.
Yang ketiga “kamu selamanya tidak
akan bisa mengalahkan orang yang tidak mau menyerah”. Mantap!!!,
kedengarannya sangat ‘wowww pake bingits’ untuk diperbincangkan satu poin
berharga ini. Kata yang ditebalkan diatas menunjukkan bahwa seseorang tidak
akan mampu menjadi lawan/penghalang bahkan penghancur orang lain untuk menjadi
yang terbaik, jika orang tersebut adalah seseorang yang tidak mau dan tidak
mudah untuk menyerah dalam kesehariannya, bisa dikatakan pula bahwa orang
tersebut ialah orang yang telah memiliki semangat yang sangat besar dan orang
tersebut termasuk tipe orang yang memiliki proses usaha yang luar biasa untuk
mencapai keberhasilannya.
Poin berharga ini berlaku untuk ‘selamanya’ karena
jenis orang bagaimana pun yang dihadapkan kepada orang tidak mudah menyerah
tersebut, Dia tidak akan mampu dikalahkan karena Dia telah menanamkan
dalam-dalam semangat yang besar dan keyakinannya untuk berhasil dalam jiwa
calon pemenang itu sendiri.
Yang keempat “dinding baja didepan Anda,
bukanlah penghalang cita-cita, melainkan hanya untuk menguji keseriusan Anda”. Berbicara soal
’baja’ diatas, kelihatannya adalah seseorang yang sangat kuat... bagaimana
menurut Anda? Ya, benar. Seseorang yang memiliki masalah atau bahkan kesulitan
untuk mencapai keberhasilan, itu tidak bisa dikatakan sebagai penghalangnya
dalam proses mencapai keberhasilan tersebut, akan tetapi itu hanyalah sebatas
penguji atau juri yang akan menjadikan orang tersebut lebih dewasa, lebih serius,
lebih mantap, lebih siap dan lebih kuat lagi dalam mencapai tujuannya sehingga
keberhasilan kelak akan menjadikannya sangat puas dengan hasil yang diperoleh.
Sama halnya dengan proses belajar selama 6 tahun di
masa SMP/MTs dan SMA/MA, masalah dan kesulitan-kesulitan yang telah dilalui
itulah yang akan menjadi penguat dan menjadi pengalaman berharga bagi kita
sekarang untuk pandai-pandai mengolah sesuatu yang akan kita hadapi dimasa
kuliah saat ini. Dan dengan masa-masa itulah, kita akan lebih serius untuk
mencapai keberhasilan. Bukan begitu kawan? JJJ
Yang kelima + menjadi poin berharga kesepuluh bagi
penulis adalah “bahagiakanlah orang sekitarmu” poin ini harus
selalu diterapkan tentunya, karena dengan segala sesuatu yang telah seseorang
kerjakan tidak akan terasa atau tidak akan dinikmati jika kita tidak mampu
membahagiakan orang-orang disekitar kita. So… bahagiakanlah orang-orang
didepan, dibelakang, disamping kanan kirimu agar kamu akan lebih puas dan
menjadi orang yang lebih baik lagi dengan lebih banyak menbahagiakan
orang-orang. Ok!!
Kata bahagia itu memiliki banyak makna lho… kita tidak
mesti harus membangunkan orang disekitar kita sebuah rumah, hotel, apartement ataupun
memberikannya uang yang banyak. Melainkan membahagiakan orang itu contoh
kecilnya saja, bisa dicapai hanya dengan membalas senyum orang lain,
menghilangkan kesulitan kecil orang lain, membuat orang lain tertawa, berbagi
kisah kebahagiaan dengan orang lain, banyak memberi maaf, mengirimkan orang
lain do’a dan mencium kedua tangan orang tua dan guru kita, dll. Mari kita
menerapkannya bersama!! J
Setelah sampai pembahasan Ilmu Dakwah pada bulan
Oktober, penulis akan menceritakan kisah-kisah selanjutnya pada bulan November
tepatnya pada tanggal 3, 10, 17 dan 24 November 2014, pada bulan-bulan inilah
penulis mendapatkan lebih banyak poin
berharga yang dirangkum menjadi DUIT, poin itu dirangkumnya selama
kurang lebih 1 setengah bulan sejak awal UTS (Ujian Tengah Semester) hingga
akhir Ujian UTS itu sendiri, selama proses ujian tersebut banyak poin yang
penulis temukan secara tersirat baik itu ketika Bapak dosen membacakan soal
UTS, penulis menjawab ujiannya, proses belajar penulis menghadapi ujian, dan
masih banyak lagi aktifitas-aktifitas tersirat yang dia dapatkan selama
masa-masa ujian.
DUIT itu singkatan dari beberapa kata yang
maknanya penulis rangkum dari ungkapan Bapak dosen “orang
yang enggan berdo’a kepada Allah berarti Dia merasa dirinya paling kuat dan
sombong (Do’a)”,
“jika yang kau tanam ilalang, maka jangan harap kau panen rambutan (Usaha)”, “orang
yang baik itu, orang yang meninggal kan sesuatu yang tak perlu (Ikhlas)” dan “segala
sesuatu tidak luput dari kuasa Allah SWT (Tawakal)”, kata-kata
inilah yang penulis rangkum menjadi DUIT (Do’a-Usaha-Ikhlas-Tawakal),
menurut penulis sikap ini sangatlah penting dimiliki bagi seseorang untuk
meningkatkan semangatnya dalam menjalani hidup.
Selama proses merangkum 4 poin berharga ini dari 4
ungkapan Bapak dosen, selama itu pula penulis menjalani ujian tengah semester,
dan selama itu pula Dia banyak belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah Dia
lakukan. Ini tentunya menjadi kesan terbaik bagi penulis karena selama itu pula
Dia mengintropeksi dirinya sendiri dengan kemampuannya pula.
Setelah UTS, kelas kami membahas secara singkat buku
dari Prof. Dr. Ali Aziz, M. Ag., dosen Ilmu Dakwah itu sendiri yang berjudul
Teknik Khutbah Jum’at Komunikatif, buku terlaris 60 Menit Terapi Shalat
Bahagia, dan buku Do’a Do’a Keluarga Bahagia, pada pembahasan ini rasanya kami
secara singkat sudah bedah buku dengan penulis asli dari buku tersebut (emang
benar J J). Kerenkan!!!
Tentunya, semua pertanyaan-pertanyaan yang masih ragu dalam benak muslim dan
muslimat mengenai shalat jum’at Insya Allah akan terjawab dengan buku tersebut.
Menurut penulis sendiri, isi buku teknik khutbah itu mencakup banyak hal, mulai
dari keistimewaan, kewajiban, anjuran, waktu, jumlah, hukum shalat jum’at, dan
masih banyak lagi.
Mengenai buku yang kedua: terapi shalat, ajib… luar
biasa sangatlah menggugah hati, jika terapi-terapi yang Beliau ajarkan
tersebut, diterapkan dalam shalat sehari-hari setiap muslim muslimat, Insya
Allah hati akan menjadi damai, masalah-masalah terasa telah teratasi, hidup
penuh dengan tawa, intinya bahagia. Inilah yang penulis rasakan saat Beliau
sedang memberi kami sedikit terapi-terapinya walaupun terapinya sangat singkat,
itu rasanya sangat manjur. Terima Kasih Ya Allah………engkau pernah menghadirkan
sosok Beliau dihidup kami. Mengenai buku yang ketiga berjudul Do’a-Do’a
Keluarga Bahagia, buku satu ini isinya sangat memukau, semua do’a-do’a rasanya
sangat terasa sampai di lubuk hati yang paling dalam jika seseorang membacanya,
apalagi jika terjemahannya juga dibaca dengan serius (اِنْشَاالله) setelah membacanya, rasanya hidup ini
tentram.
Dari beberapa poin berharga yang telah penulis dapatkan
kurang lebih 3 bulan 2 minggu itu, itulah kesan-kesan yang saaaaaaaangat
berkesan + melekat pada diri penulis (اِنْشَاالله) yang membuatnya sangat legah dan
bersyukur akan makna-makna yang terungkap didalam poin emas itu dan penulis telah
mendapatkan secara gratis 1+13 sentuhan qolbu yang Dia dapatkan dengan seorang
yang sangat luar biasa.
Walaupun,
kesan-kesan ini penulis sadari tidak seperti kesan-kesan teman yang lainnya,
tapi menurutnya inilah kesan yang saaangat menyentuh qolbu penulis sehingga Dia
banyak berubah lebih baik dari yang sebelumnya. Penulis yakin bahwa segala
sesuatu itu pasti ada hikmahnya, baik itu peristiwa yang buruk apalagi
peristiwa yang baik. Penulis berharap semoga Dia akan selalu menemukan hikmah
disetiap langkah yang Dia lakukan. Aminn….
Mengenai salah satu tujuan hidup Beliau yaitu ingin
membahagiakan 1 Milyar manusia, rasanya sudah terlaksana, menurut penulis,
siapapun yang sudah bertemu Beliau (اِنْشَاالله) akan bahagia karena dengan Beliau senyum
saja, rasanya disekitar kita sudah damai, entah itu karena sosok Beliau sudah
terpancar wajar yang sangat ramah atau karena kekaguman orang-orang dengan
Beliau sehingga senyum Beliau menentramkan hati orang-orang yang bertemu
dengannya. Tentunya itu semua berkat Allah SWT, Sang Pencipta Sang Pengatur Sang Pemberi
segala sesuatu.
Sungguh mulianya tujuan hidup Beliau, semoga Beliau dan
keluarganya selalu diberi umur yang panjang, rumah tangganya selalu bahagia,
keinginan dan kebutuhan beliau yang belum tercapai bisa terlaksana, dan semoga
kekaguman orang-orang sekitar Beliau menjadikan Beliau selalu bersyukur akan
semua yang telah Beliau capai. Amiiin Ya Rabbal’alamiin
##### Tugas Menulis dari Dosen Prof. Ali Aziz mata kuliah Ilmu Dakwah Semester 1, tujuan nya sih gak ada hubungannya dengan matkul, tapi beliau selalu mendorong kami "mahasiswa" untuk selalu menulis.. menulis.. dan menulis..
Surabaya, 12 Juli 2014
Naimatul Mardiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar