Senin, 06 Juli 2015

1+13 EPISODE SENTUHAN QOLBU



 
PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) adalah salah satu jenis jalur untuk melanjutkan kuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya yang telah membawa penulis bertemu dengan seseorang yang banyak membantu mengubah sisi negatif manusia dalam menilai kehidupan terlebih di luar dari negaranya sendiri, yang mana Beliau dikenal sebagai Imam Shalat Tarwih di beberapa negara seperti Afrika, Asia dan Eropa. Beliau adalah penulis buku terlaris 60 menit terapi shalat bahagia, isi buku ini sangatlah bermanfaat bagi muslim dan muslimat yang menerapkan terapi shalat tersebut ke dalam shalatnya.
Beliau adalah Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M. Ag. seorang dosen fakultas dakwah dan komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, beliau juga telah menjadi narasumber pada Orientasi Peningkatan Kualitas dan Pembekalan PBSB 2014 diadakan di GreenSA inn Hotel Surabaya pada tanggal 22 Agustus 2014. Saat itulah, penulis pertama kali bertemu Beliau. Awalnya penilaian penulis biasa-biasa saja terhadap Beliau saat membawakan materinya karena penulis tidak tahu seluk beluk bahkan sikap kekaguman orang-orang yang sebenarnya penulis harus kagumi pula akan kecerdasan, keterkenalan dan kewibawaan Beliau yang sangat dikagum-kagumkan oleh banyak orang.
Buktinya, Beliau adalah orang besar+penting+terkenal dan orang yang pernah menjadi dekan fakultas dakwah ini telah menjadi inspirasi para warga UIN Sunan Ampel Surabaya, terlebih pada fakultas dakwah dan komunikasi. Sosok dialah yang telah menjadi pemateri pada acara orientasi yang penulis ikuti tersebut, penulis kaget tak terkira (setelah mendengar lebih detail riwayat hidup Beliau) mengetahui bahwa kakak panitia dapat menghadirkan sosok seperti Beliau dihadapan peserta orientasi tanpa mengeluarkan uang sepersen, ternyata Beliau adalah dosen pada mata kuliah Ilmu Dakwah, yang akan menjadi dosen penulis itu sendiri saat kuliah kelak.
“Ini tidak dapat diabaikan, sosok seperti Beliau pastinya jarang, apa kunci dari keberhasilan Beliau yah??” pikir penulis penuh keheranan. Saat materi Beliau berlangsung, tentu suasanannya berbeda dengan narasumber-narasumber lainnya karena dari cara pembawaan materi Beliau yang beda, beliau lebih mementingkan suasana keakraban antara pengajar dan pelajar terlebih dahulu, agar selanjutnya Beliau dapat dengan mudah mentransferkan ilmunya kepada peserta orientasi. Begitulah yang penulis tangkap dari cara Beliau menyampaikan materinya saat orientasi tersebut.
Satu poin berharga yang penulis dapatkan pada pertemuan pertama penulis dengan Beliau bahwa sertakanlah Allah SWT dalam segala sesuatu susunan kata ini singkat, jelas dan penuh dengan makna yang besar jika di telaah dengan baik, bayangkan saja jika seseorang selalu mengingat Sang Pencipta setiap apa yang akan Dia lakukan, Insya Allah pekerjaannya itu diberkahi Allah SWT. Amiin,
Setelah materi berakhir, sebagaimana anak-anak lebay zaman sekarang, segala sesuatu diposting di jejaring sosial, begitupun dengan penulis, Dia segera memposting statusnya yang terinspirasi dari poin berharga Prof. Ali paparkan tadi, yang tertulis seperti ini “Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim… L L L ingatkanlah aku, sadarkanlah aku, sandarkanlah aku agar selalu menyertakan nama-Mu dalam setiap tarikan napasku, langkah kehidupanku dan rencana masa depanku. Amiin Ya Rabbalalamin”(diakses pada 22 Agustus 2014_12:08).
Sebelum penulis memposting statusnya itu, tentunya penulis berpikir sejenak bahwa betapa indahnya, nikmatnya, sejuknya segala sesuatu itu jika dilakukan dengan selalu menyertakan nama Allah SWT disetiap langkah seseorang, penulis meratapi selama 18 tahun 1 bulan 2 hari Dia telah diberi hidup oleh Sang Pencipta Bumi ini, apakah penulis telah menerapkan hal tersebut?, betapa cueknya diri penulis terhadap hal penting seperti itu “Astagfirullahal’adzim” ujar penulis. Pada saat menulis statusnya itu, penulis mulai ikhlas dalam segala sesuatu yang akan ia kerjakan dan selalu bersyukur akan peristiwa-peristiwa yang Dia hadapi (اِنْشَاالله).
 “Alhamdulillahirabbil’alamin” ungkap penulis ketika ia baru sadar bahwa Dia telah mendapatkan keberuntugan lulus pada jalur PBSB, yang Insya Allah kedepannya penulis akan mendapatkan banyak inspirasi-inspirasi dari orang-orang tempat melanjutkan pendidikannya itu, UIN Sunan Ampel Surabaya tercinta.
1 September 2014 (09.30) adalah pertemuan pertama mata kuliah Ilmu Dakwah semester I_BKI C3. Namun, sayangnya yang bertemu dengan mahasiswa saat itu bukan dosennya langsung, tetapi asisten dosen mata kuliah tersebut yang bernama Nurkholis Majid, asisten dosen Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag sebagai dosen pengampu mata kuliah tersebut. “Wooww…amaizing” ujar penulis saat mengetahui bahwa dosen mata kuliah ilmu dakwah itu adalah Bapak  yang pernah mengisi materi saat orientasi 9 hari yang lalu di GreenSA inn. Senang, kaget, takut, heran dan lainnya adalah perasaan penulis saat mengetahui hal tersebut.
Mengapa demikian?????
Perasaan itu tentunya memiliki alasan, yang pertama karena penulis merasa senang, Dia dapat menerima ilmu lebih jauh lagi dengan orang seperti Beliau dalam hidupnya. Alasan kedua mengapa Dia kaget, karena penulis takut (J kok,, mundur sebelum berperang sih!) sistem yang Beliau terapkan dalam pembelajaran kuliahnya kurang nyaman dengan diri penulis (maklum mahasiswa baru, kekhawtairannya banyak). Alasan ketiga mengapa penulis terlihat heran, kembali lagi “kok bisa yah?” sosok sibuk, terkenal, besar, bisa menjadi dosen yang sangat disiplin pada mata kuliah yang dibawakan.
Disini saya mendapat poin berharga kedua dari diri Prof. Ali bahwa “disiplin adalah kualitas pembeda orang kalah dan orang pemenang”. Jujur sejujurnya, penulis sangat bangga dengan seseorang yang sangat menghargai waktu karena dengan sikap seperti itu seseorang juga dapat membentuk karakter untuk menghargai orang lain, dan sebagaimana yang kita ketahui menghargai orang lain itu sangatlah terpuji. Pandangan penulis dengan sikap disiplin yaitu, juga akan menjadi salah satu faktor kesuksesan seseorang karena dengan mendisiplinkan segala sesuatu yang  dikerjakan, maka akan memudahkan dalam proses mengerjakannya baik itu disiplin dalam hal waktu, schedule terutama sikap. Perlu kita ketahui mendisiplinkan orang lain itu lebih muda dibanding mendisiplinkan diri sendiri (say Prof. Ali). Oleh karena itu, patutlah kita memberikan aplos (prok..prok..prok..) dan penghargaan bagi seseorang yang memiliki sikap disiplin.
Kesan kedua ini, sangat penulis apresiasi karena penulis sangat kagum dengan sosok Prof. Ali yang selalu menunjukkan sikap profesionalnya dengan segala pekerjaannya, tanpa pandang bulu dan waktu. Sikap Beliau yang sangat disiplin itulah yang menurut penulis menjadi kunci kesuksesannya, dan tentunya tidak lepas dari kuasa Sang Maha Pemberi Rezeki, (kembali lagi,,, selalu menyertakan Allah SWT dalam segala tindakan).
Keren! Dae Bak (hebat ‘bhs korea’)! Itulah perkataan penulis yang diungkapkan pada awal-awal pertemuannya dengan Beliau. “Kejutan apa lagi yang akan Beliau  nampakkan dan transferkan pada mahasiswanya?” pikir penulis. “Awal saja sudah memberikan poin berharga tersirat seperti ini, bagaimana kedepannya?” ujar penulis kepada teman se-provinsinya dengan bahasa daerahnya. Ini tentunya menjadi awal baik bagi penulis mendapat dosen sehebat Beliau, penulis berharap semoga saja kedepannya Beliau tidak melupakan mahasiswanya ini. Amiin…
8 September 2014 pada jam yang sama pula, beliau masuk ke ruang D1.209 untuk mengajarkan mata kuliah ilmu dakwah di kelas C3 BKI Semester I, saat itu adalah pertemuan ketiga penulis dengan beliau secara formal. “dag..dig..dag” suara detak jantung penulis saat Bapak dosen melangkahkan kakinya setelah menaiki anak tangga terakhir yang letaknya terlihat jelas dari ruangan D1.209 tersebut. Suara detakan itu menandakan bahwa penulis merasakan ketakutan saat Beliau akan mengajar lagi. Mengapa? katanya Dia bangga dengan sosok Beliau. Kok takut?, Saat itu, penulis merasakan ketakutan lagi, ternyata karena hari itu, hari presentasi kelompok pertama untuk membahas pembahasan pertama pula pada buku Ilmu Dakwah karya Dosen itu sendiri, trus nyambung perasaan takutnya dimana?.
Hmmmm……. هُنَا (disini) nyambungnya,
Penulis merasakan takut, itu disebabkan karena Dia akan merasakan hal yang sama pada 16 hari kedepan dengan temannya yang akan presentasi pada hari itu. Walaupun, ini dikatakan lebay (kok lho ‘penulis’ yang merasa takut, kan gue yang presentasi, gue aja gak setakut & sekaget lho!), itulah jiwa penulis yang satu ini karena Dia akan merasakan hal yang sedikit sama dengan perasaan temannya.
Sebenarnya alasan bukan pernyataan diatas, melainkan karena kekhawatiran penulis apakah Dia dapat lebih baik dari presentasi temannya saat itu, untuk tampil pada hari presentasi kelompoknya. “semoga saya dapat tampil dengan lebih baik dari narasumber hari ini, dan saya akan usahakan dengan gaya saya sendiri” harap penulis saat narasumber sedang melakukan presentasinya didepan kelas.
Pada hari senin itu, penulis tentunya mendapatkan poin berharga lagi dari pertemuannya dengan beliau dalam proses belajar mengajarnya. Poinnya adalah “perjuangan terberat adalah menaklukkan diri sendiri”. Fantastik! Penaklukan diri “Woww, amazing!” ujar penulis, seseorang yang telah berhasil menaklukkan dirinya sendiri, itu luar luar luarnya luar biasa bukan luar biasa saja. Menaklukkan diri sendiri berarti seorang telah menjadi pemenang. Mengapa? karena untuk menjadi seorang yang hebat, maka lawan pertama yang harus dikalahkan adalah diri sendiri dan tanpa mampu mengalahkan/menaklukkan diri sendiri seseorang tidak dapat mengalahkan orang lain.
Menaklukkan diri sendiri itu berarti tidak bermalas-malasan, tidak selalu menyalahkan orang lain, optimis dan tidak mudah menyerah. Sikap ini harus penulis tanamkan dalam-dalam. So… intinya, penulis harus selalu berpikir positif dalam segala tindakannya. Ok!!!
15 September 2014, hari yang sama pula dengan minggu-minggu sebelumnya. Mahasiswa sekelas penulis (C3 Sem-I) bertatap muka kembali dengan Prof. Ali dengan narasumber berbeda dari makalah berikutnya, kesempatan presentasi hari itu adalah dari kelompok III (iva, jajang, khairina) dan IV (kurni, lia, mizan). “semoga lancar kawan!” ungkap penulis kepada narasumber hari itu. (refresh kembali, sebagaimana yang penulis katakan sebelumnya bahwa Dia masih bisa merasakan harapan penampilan diri temannya saat presentasi) “Fighting! J keep smile” tersenyum memberi semangat kepada pemakalah.
Ditengah-tengah proses presentasi, Bapak dosen menyelipkan sedikit ungkapan kata kepada mahasiswanya bahwa“Kau tidak dituntut memperoleh hasil terbaik, karena yang dimiliki Tuhan, bagaimana usaha dan proses seseorang dalam mencapai hasil tersebut”. Ini termasuk poin berharga keempat yang termasuk penulis paling sukai, karena makna ini sangat membangkitkan semangat bagi orang-orang seperti penulis sendiri serta menjadi motivatornya setiap saat. Mungkin itu disebabkan karena penulis kurang setuju dengan hasil akhir terhadap suatu pekerjaan. Karena menurutnya sendiri, hasil yang diharapkan seseorang belum tentu meggambarkan proses dan usaha kerja sebelumnya. Bagaimana dengan pembaca?
Prof. Ali mengatakan pula bahwa “dengan usaha Anda bisa sukses dan gagal, tapi jika Anda peragu dan pemalu Anda pasti gagal”. Kalimat ini masih menjadi pertanyaan di benak penulis, masa sih ada usaha yang bisa membuat orang gagal?, atau mungkin maksud ‘gagal’ disini karena usahanya itu kurang mantap/negatif ataukah karena usahanya berbelok arah? bingung…… ;-/ Terus mengenai sikap peragu dan pemalu, apakah menjadi tolak ukur penentu seseorang berhasil atau gagal? Atau mungkinkah sikap itu sebaiknya dihilangkan saja, agar seseorang lebih mudah mencapai kesuksesannya?.. ya itulah pernyataan yang masih menjadi “?” tanda tanya besar bagi penulis yang selalu Dia lupa untuk ditanyakan dengan Beliau.
Pertemuan ini, tidak seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, penulis merasa enjoy, santai, biasa dan nyaman. Mungkin ada hubungannya dengan ungkapan kata/penjelasan poin berharga keempat yang Bapak dosen ungkapkan diatas. Ya… baguslah ada perkembangan dari diri penulis ” Hwaiting! (semangat bhs korea) n____a (nama penulis) di hari-hari selanjutnya” ujar penulis kepada diri sendiri.
Sampai bertemu lagiii..…di episode selanjutnya!
Be Continue…………………………………………!
22 September 2014 adalah coretan tanggal bersejarah bagi penulis karena hari senin itu akan menjadi hari pertamanya presentasi selama berstatus menjadi MAHASISWA “dijadikan tanggal bersejarah gak papakan?, kan sejarah baru seseorang merasakan suasana menjadi mahasiswa seperti ini sekali doang seumur hidup (yang larang siapa mbak?)” curhat penulis di blue’s booknya. Coretan bersejarah itu terletak tepatnya dibawah ranjang sekamar penulis bagian atas serta berada diatas tatapan mata penulis yang dipandangnya setiap sebelum tidur selama 22 hari sebelumnya, yang Insya Allah penulis akan lepas ketika pulang nanti, setelah presentasi hari itu.
Tugas pemakalah hari itu adalah dari kelompok V (fikri, alghi, murni), VI (nadia, naima, nanang) dan kelompok VII (norma,egha,bila) dan yang akan memandu diskusi hari itu adalah saudari Naimatul Mardiyah dari kelompok VI, sebelum diskusi dimulai tentunya dari moderator akan membuka diskusi dengan gaya khasnya sendiri. Proses presentasi masing-masing kelompok, dibagi menjadi 3 pembahasan agar masing-masing anggota berperan aktif dalam proses presentasinya. Saat giliran penulis yang menjelaskan pembahasan dari pembagian bab kelompoknya, penulis mendapat teguran dari Bapak dosen, tegurannya seperti ini “hei..siapa namanya, naima? kamu nak tidak bisa menjadi pembawa acara berita, wajahmu tertutup dengan jilbabmu, jilbabnya dimundurkan sedikit nak!! (lupa-lupa juga sih, soalnya gak sempat nge-record, tapi inti maksudnya kaya gitu deh!)” J.
Saat itu, penulis hanya tersenyum tersipuh malu dan konsentrasi pembahasannya mengenai materi sudah hilang sehingga presentasinya kacau, yah…. Begitulah sikap penulis yang satu ini, Dia pun tetap berusaha fokus melanjutkan presentasinya, dan karena kejadian itu model/cara jilbab penulis berubah (menurut penulis sendiri) walaupun berubahnya itu tidak menjadikan jilbabnya menjadi mundur kebelakang hingga dahi penulis terlihat J, namun perubahannya itu tidak menjadi lebih baik dan tidak pula memburuk bagi penulis (yang pastinya ada yang berubah dari cara berjilbab penulis). Hehehehe J J
Sebelum presentasi berakhir, Prof. Ali memberikan poin berharga kelima bagi mahasiswanya lagi, seperti ini “cintailah pekerjaan Anda, itu adalah modal terbesar untuk kekuatan dan inspirasi dimasa depan untuk kesuksesan”. Ini membuktikan bahwa jika seseorang mengerjakan sesuatu diawali dengan cinta, maka itu akan menjadikan pekerjaannya menjadi lancar, sebab ia akan senang, bahagia, tenang, dan mencintai pekerjaan yang Dia kerjakan. Sehinggan akan menjadi kekuatan dan inspirasi bagi dirinya untuk mencapai keberhasilan kerjanya.
Poin kelima ini penulis renungkan, Dia berpikir berarti mencintai suatu pekerjaan itu akan menjadikannya pula untuk semangat terlebih dahulu terhadap suatu pekerjaan itu. bukan begitu pembaca?, semoga saja ita semua bisa mencintai setiap pekerjaan yang akan kita kejakan. Amiiin
Setelah presentasi masing-masing kelompok selesai, selanjutnya moderator masuk ke sesi pertanyaan yang saat itu pertanyaan-pertanyaan yang peserta diskusi ajukan tidak sempat dijawab oleh para pemakalah dari kelompok V, VI, VII karena waktu yang kurang memadai, jadi Bapak dosen memerintahkan untuk mengirimkan jawabannya ke email bapak saja, dan yang bertugas mengirim jawaban hasil diskusi hari itu, adalah tugas dari moderator itu sendiri. Diskusi pun selesai hari itu, “legahnya, saatnya aku lepas coretan bersejarah itu dari bawah ranjang sekamar penulis”.
Minggu-minggu selanjutnya akan berjalan seperti minggu sebelumnya, pemakalah bergantian, pembahasan berubah, ada sesi pertanyaan dan pemakalah menjawab pertanyaan dari peserta diskusi. Ya… begitulah seterusnya.
Senin, tanggal 29 Sep, 6, 13, 20 sampai 27 Oktober 2014 berjalan seperti minggu-minggu diatas, yang mana setiap minggunya penulis mendapatkan poin berharga dari Bapak dosen. Dari penempatan tanggal diatas berarti penulis mendapatkan tambahan 5 poin berharga sehingga penulis telah mengumpulkan 10 poin berharga sampai tanggai 27 Oktober itu, yang pertama “jangan berharap lampu menyala dari baterai yang mati”.beliau menjelaskan maksud dari poin berharga ini yaitu kamu jangan berharap bisa menjadi orang yang luar biasa, jika yang kamu lakukan untuk mencapai keluarbiasaan itu hanya dengan cara yang biasa-biasa saja, itu tidak akan tercapai dengan maksimal pula jika kamu mengerjakan sesuatu sebelumnya hanya dengan usaha yang minimal. Dan yakinlah bahwa Allah akan selalu bersama Hamba-Nya yang sabar, mencintai pekerjaannya dan yang selalu menyartakan nama-Nya disetiap langkahnya.
 Yang kedua “kedengkianmu pemangkas sayap kesuksesanmu”. Kalau mendengar kata pemangkas, ingatnya tukang cukur yah… heheh J J. Sikap dengki seseorang terhadap sesuatu baik itu dengki pada suatu benda, ciptaan Allah lainnya bahkan kepada manusia itu menjadi penghalang seseorang untuk mencapai akan kesuksesannya, yang sebenarnya sedikit lagi akan berhasil untuk dicapai, namun karena satu sikap ini, keberhasilan mencapainya akan memangkas sayap kesuksesan kita …….. Owww, eman :D (jawa sedikit gak papa, kan belajar juga). Sayangkan, kalau sudah di ujung tombak untuk berhasil, terus sikap kita seperti ini yang akan menjadi tembok penghancur, wait… bukan penghancur, tapi penghalang/pengganggu kita untuk mencapai tujuan itu.
Yang ketiga “kamu selamanya tidak akan bisa mengalahkan orang yang tidak mau menyerah”. Mantap!!!, kedengarannya sangat ‘wowww pake bingits’ untuk diperbincangkan satu poin berharga ini. Kata yang ditebalkan diatas menunjukkan bahwa seseorang tidak akan mampu menjadi lawan/penghalang bahkan penghancur orang lain untuk menjadi yang terbaik, jika orang tersebut adalah seseorang yang tidak mau dan tidak mudah untuk menyerah dalam kesehariannya, bisa dikatakan pula bahwa orang tersebut ialah orang yang telah memiliki semangat yang sangat besar dan orang tersebut termasuk tipe orang yang memiliki proses usaha yang luar biasa untuk mencapai keberhasilannya.
Poin berharga ini berlaku untuk ‘selamanya’ karena jenis orang bagaimana pun yang dihadapkan kepada orang tidak mudah menyerah tersebut, Dia tidak akan mampu dikalahkan karena Dia telah menanamkan dalam-dalam semangat yang besar dan keyakinannya untuk berhasil dalam jiwa calon pemenang itu sendiri.
Yang keempat “dinding baja didepan Anda, bukanlah penghalang cita-cita, melainkan hanya untuk menguji keseriusan Anda”. Berbicara soal ’baja’ diatas, kelihatannya adalah seseorang yang sangat kuat... bagaimana menurut Anda? Ya, benar. Seseorang yang memiliki masalah atau bahkan kesulitan untuk mencapai keberhasilan, itu tidak bisa dikatakan sebagai penghalangnya dalam proses mencapai keberhasilan tersebut, akan tetapi itu hanyalah sebatas penguji atau juri yang akan menjadikan orang tersebut lebih dewasa, lebih serius, lebih mantap, lebih siap dan lebih kuat lagi dalam mencapai tujuannya sehingga keberhasilan kelak akan menjadikannya sangat puas dengan hasil yang diperoleh.
Sama halnya dengan proses belajar selama 6 tahun di masa SMP/MTs dan SMA/MA, masalah dan kesulitan-kesulitan yang telah dilalui itulah yang akan menjadi penguat dan menjadi pengalaman berharga bagi kita sekarang untuk pandai-pandai mengolah sesuatu yang akan kita hadapi dimasa kuliah saat ini. Dan dengan masa-masa itulah, kita akan lebih serius untuk mencapai keberhasilan. Bukan begitu kawan? JJJ
Yang kelima + menjadi poin berharga kesepuluh bagi penulis adalah “bahagiakanlah orang sekitarmu” poin ini harus selalu diterapkan tentunya, karena dengan segala sesuatu yang telah seseorang kerjakan tidak akan terasa atau tidak akan dinikmati jika kita tidak mampu membahagiakan orang-orang disekitar kita. So… bahagiakanlah orang-orang didepan, dibelakang, disamping kanan kirimu agar kamu akan lebih puas dan menjadi orang yang lebih baik lagi dengan lebih banyak menbahagiakan orang-orang. Ok!!
Kata bahagia itu memiliki banyak makna lho… kita tidak mesti harus membangunkan orang disekitar kita sebuah rumah, hotel, apartement ataupun memberikannya uang yang banyak. Melainkan membahagiakan orang itu contoh kecilnya saja, bisa dicapai hanya dengan membalas senyum orang lain, menghilangkan kesulitan kecil orang lain, membuat orang lain tertawa, berbagi kisah kebahagiaan dengan orang lain, banyak memberi maaf, mengirimkan orang lain do’a dan mencium kedua tangan orang tua dan guru kita, dll. Mari kita menerapkannya bersama!! J
Setelah sampai pembahasan Ilmu Dakwah pada bulan Oktober, penulis akan menceritakan kisah-kisah selanjutnya pada bulan November tepatnya pada tanggal 3, 10, 17 dan 24 November 2014, pada bulan-bulan inilah penulis  mendapatkan lebih banyak poin berharga yang dirangkum menjadi DUIT, poin itu dirangkumnya selama kurang lebih 1 setengah bulan sejak awal UTS (Ujian Tengah Semester) hingga akhir Ujian UTS itu sendiri, selama proses ujian tersebut banyak poin yang penulis temukan secara tersirat baik itu ketika Bapak dosen membacakan soal UTS, penulis menjawab ujiannya, proses belajar penulis menghadapi ujian, dan masih banyak lagi aktifitas-aktifitas tersirat yang dia dapatkan selama masa-masa ujian.
DUIT itu singkatan dari beberapa kata yang maknanya penulis rangkum dari ungkapan Bapak dosen “orang yang enggan berdo’a kepada Allah berarti Dia merasa dirinya paling kuat dan sombong (Do’a)”, “jika yang kau tanam ilalang, maka jangan harap kau panen rambutan (Usaha)”, “orang yang baik itu, orang yang meninggal kan sesuatu yang tak perlu (Ikhlas)dan “segala sesuatu tidak luput dari kuasa Allah SWT (Tawakal), kata-kata inilah yang penulis rangkum menjadi DUIT (Do’a-Usaha-Ikhlas-Tawakal), menurut penulis sikap ini sangatlah penting dimiliki bagi seseorang untuk meningkatkan semangatnya dalam menjalani hidup.
Selama proses merangkum 4 poin berharga ini dari 4 ungkapan Bapak dosen, selama itu pula penulis menjalani ujian tengah semester, dan selama itu pula Dia banyak belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah Dia lakukan. Ini tentunya menjadi kesan terbaik bagi penulis karena selama itu pula Dia mengintropeksi dirinya sendiri dengan kemampuannya pula.
Setelah UTS, kelas kami membahas secara singkat buku dari Prof. Dr. Ali Aziz, M. Ag., dosen Ilmu Dakwah itu sendiri yang berjudul Teknik Khutbah Jum’at Komunikatif, buku terlaris 60 Menit Terapi Shalat Bahagia, dan buku Do’a Do’a Keluarga Bahagia, pada pembahasan ini rasanya kami secara singkat sudah bedah buku dengan penulis asli dari buku tersebut (emang benar J J). Kerenkan!!! Tentunya, semua pertanyaan-pertanyaan yang masih ragu dalam benak muslim dan muslimat mengenai shalat jum’at Insya Allah akan terjawab dengan buku tersebut. Menurut penulis sendiri, isi buku teknik khutbah itu mencakup banyak hal, mulai dari keistimewaan, kewajiban, anjuran, waktu, jumlah, hukum shalat jum’at, dan masih banyak lagi.
Mengenai buku yang kedua: terapi shalat, ajib… luar biasa sangatlah menggugah hati, jika terapi-terapi yang Beliau ajarkan tersebut, diterapkan dalam shalat sehari-hari setiap muslim muslimat, Insya Allah hati akan menjadi damai, masalah-masalah terasa telah teratasi, hidup penuh dengan tawa, intinya bahagia. Inilah yang penulis rasakan saat Beliau sedang memberi kami sedikit terapi-terapinya walaupun terapinya sangat singkat, itu rasanya sangat manjur. Terima Kasih Ya Allah………engkau pernah menghadirkan sosok Beliau dihidup kami. Mengenai buku yang ketiga berjudul Do’a-Do’a Keluarga Bahagia, buku satu ini isinya sangat memukau, semua do’a-do’a rasanya sangat terasa sampai di lubuk hati yang paling dalam jika seseorang membacanya, apalagi jika terjemahannya juga dibaca dengan serius (اِنْشَاالله) setelah membacanya, rasanya hidup ini tentram.
Dari beberapa poin berharga yang telah penulis dapatkan kurang lebih 3 bulan 2 minggu itu, itulah kesan-kesan yang saaaaaaaangat berkesan + melekat pada diri penulis (اِنْشَاالله) yang membuatnya sangat legah dan bersyukur akan makna-makna yang terungkap didalam poin emas itu dan penulis telah mendapatkan secara gratis 1+13 sentuhan qolbu yang Dia dapatkan dengan seorang yang sangat luar biasa.
 Walaupun, kesan-kesan ini penulis sadari tidak seperti kesan-kesan teman yang lainnya, tapi menurutnya inilah kesan yang saaangat menyentuh qolbu penulis sehingga Dia banyak berubah lebih baik dari yang sebelumnya. Penulis yakin bahwa segala sesuatu itu pasti ada hikmahnya, baik itu peristiwa yang buruk apalagi peristiwa yang baik. Penulis berharap semoga Dia akan selalu menemukan hikmah disetiap langkah yang Dia lakukan. Aminn….
Mengenai salah satu tujuan hidup Beliau yaitu ingin membahagiakan 1 Milyar manusia, rasanya sudah terlaksana, menurut penulis, siapapun yang sudah bertemu Beliau (اِنْشَاالله) akan bahagia karena dengan Beliau senyum saja, rasanya disekitar kita sudah damai, entah itu karena sosok Beliau sudah terpancar wajar yang sangat ramah atau karena kekaguman orang-orang dengan Beliau sehingga senyum Beliau menentramkan hati orang-orang yang bertemu dengannya. Tentunya itu semua berkat  Allah SWT, Sang Pencipta Sang Pengatur Sang Pemberi segala sesuatu.
Sungguh mulianya tujuan hidup Beliau, semoga Beliau dan keluarganya selalu diberi umur yang panjang, rumah tangganya selalu bahagia, keinginan dan kebutuhan beliau yang belum tercapai bisa terlaksana, dan semoga kekaguman orang-orang sekitar Beliau menjadikan Beliau selalu bersyukur akan semua yang telah Beliau capai. Amiiin Ya Rabbal’alamiin



##### Tugas Menulis dari Dosen Prof. Ali Aziz mata kuliah Ilmu Dakwah Semester 1, tujuan nya sih gak ada hubungannya dengan matkul, tapi beliau selalu mendorong kami "mahasiswa" untuk selalu menulis.. menulis.. dan menulis.. 


Surabaya, 12 Juli 2014


Naimatul Mardiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar